Liputan6.com, Jakarta - Vaksinasi COVID-19 di Indonesia sudah mulai dilaksanakan sejak Rabu, 13 Januari 2021. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi, beserta 20 lebih nama lainnya menerima dosis pertama vaksin Sinovac di Istana Negara dan disiarkan secara langsung di kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Keesokan harinya, Kamis, 14 Januari 2021, giliran tenaga medis yang melaksanakan vaksinasi COVID-19.
Baca Juga
Pasca dua momen tersebut, muncul banyak pertanyaan di benak masyarakat sebelum tiba giliran mereka untuk melaksanakan vaksinasi COVID-19, siapa yang sebaiknya menyuntikan vaksin Sinovac ke lengan mereka?
Advertisement
Ada yang berpendapat bahwa mereka lebih memilih disuntik perawat ketimbang dokter. Alasannya, dokter jarang menyuntik pasien sendiri. Paling sering yang memberikan suntikan ke pasien adalah perawat.
Di antara mereka sampai ada yang menjadikan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, contoh. Sebab, saat melaksanakan vaksinasi, Lee Hsien Loong menerima vaksin COVID-19 dari perawat senior Fatimah Mohd Shah di Singapore General Hospital (SGH).
Menanggapi hal tersebut, Guru besar di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dr Zullies Ikawati, Apt mengatakan bahwa penyuntikan vaksin itu aman, baik oleh perawat maupun dokter, asalkan sudah diberi pelatihan.
“Menurut saya tidak masalah dengan dokter, perawat, atau bidan. Jadi, semua yang sudah dilatih untuk menyuntik ya pastinya bisa menyuntik, tidak ada perbedaan,” ujar Zullies kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat (15/1/2021).
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini:
Penyuntikan Vaksin COVID-19 Sampai ke Intramuscular
Zullies, menambahkan, penyuntikan vaksin dilakukan dengan metode intramuscular. Artinya, vaksin yang disuntikkan harus sampai ke otot.
“Penyuntikan intramuscular itu penyuntikan yang sangat biasa. Memang penyuntikan ada beberapa macam, ada yang harus ke otot, ke bawah kulit saja seperti insulin, ada juga suntik intravena yang harus masuk ke vena," kata Zullies.
Menurutnya, istilah-istilah penyuntikan tersebut sudah sangat familiar bagi tenaga medis yang biasa menyuntik.
“Jadi, untuk yang sudah biasa menyuntik, itu bisa diberdayakan karena kita membutuhkan vaksinator yang banyak. Bahkan, bisa ditambah mantri atau tenaga kesehatan lain," ujarnya.
“Bahkan, kalau di luar negeri, apoteker juga bisa dilatih menjadi vaksinator. Asalkan tenaga kesehatan yang berlisensi, selama mereka dilatih ya menyuntik itu bukan hal yang terlalu sulit,” Zullies menekankan.
Lisensi dan pelatihan sangat dibutuhkan bagi para vaksinator untuk meredam kekhawatiran penerima vaksin. Di sisi lain, kewenangan menyuntik memang tidak bisa diberikan kepada sembarangan orang, katanya.
Advertisement