Sukses

Penyintas COVID-19 Danasmoro Ceritakan Beban Berat Nakes di Wisma Atlet

Danasmoro adalah penyintas COVID-19 yang menjalani perawatan di RSD Wisma Atlet selama 18 hari

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu penyintas COVID-19 yang pernah dirawat di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Danasmoro Brahmantyo, membagikan pengalamannya dirawat oleh tenaga kesehatan (nakes) di gedung yang terletak di Kemayoran, Jakarta Pusat, selama 18 hari.

Pria yang merupakan salah satu staf di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dinyatakan terpapar Virus Corona atau SARS-CoV-2 dan dirujuk ke Wisma Atlet pada 29 Desember 2020.

Lewat akun Twitter pribadinya, @dbrahmantyo, Danasmoro pun menceritakan gejala apa saja yang dia rasakan. Serta berbagi informasi sampai akhirnya dia bisa dirujuk ke Wisma Atlet.

Gejala yang dia rasakan sebelum swab test PCR adalah meriang, batuk ringan, dan cepat lelah. Danasmoro mengatakan bahwa suhu badan normal dan tidak mengalami kehilangan daya penciuman (anosmia)

"Senin pagi nambah satu gejala lagi: mual sampai muntah. Enggak bisa makan," kicau @dbrahmantyo.

Singkat cerita, hasil swab test PCR keluar dan Danas dinyatakan positif COVID-19. Pada Senin, 28 Desember, pria berkacamata tersebut langsung melapor ke Puskesmas Setiabudi melalui aplikasi pesan singkat.

Tidak lama berselang, pihak Puskesmas menghubunginya untuk didata, termasuk mendata kontak eratnya untuk tracing.

Danasmoro kemudian diminta untuk berkumpul di Puskesmas Setiabudi pada Selasa, 29 Desember 2020, untuk dibawa ke RSD Wisma Atlet Kemayoran.

Danasmoro tidak sendiri. Dia berangkat bersama seorang ibu dengan menumpang ambulans ke Wisma Atlet. Sesampainya di sana, mereka diminta mengisi data diri, skrining ulang, dan didaftarkan di tower, dan dikelompokan sesuai dengan gejala dan keluhan.

"Alhamdulillah pelayanan tim Puskesmas Setiabudi dan IGD Wisma Atlet sangat baik," tulisnya.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 5 halaman

Cerita Danasmoro Selama Dirawat di RSD Wisma Atlet

Danasmoro berhasil mendapatkan satu kamar di Wisma Atlet. Dia ditempatkan di sebuah kamar yang berada di Tower 4 lantai 12. Satu unit diisi tiga orang.

"Kamarnya lumayan bersih dan rapi. Fasilitas juga lumayan lengkap dan nyaman," kata Danasmoro.

Saat dirawat, Danasmoro dibuat kagum dengan kinerja nakes di sana. Tiap lantai di Wisma Atlet, disebut Danasmoro, hanya dijaga oleh dua orang tenaga kesehatan.

Meski hanya dua orang, lanjut dia, pelayanannya sangat baik dalam merawat puluhan pasien di tiap lantai.

"Dengan semua dinamika, menurut saya kerja mereka profesional dan andal. Kalau kita lihat, satu lantai itu ditangani dua perawat, itu menurut saya cukup berat, karena satu lantai saja bisa puluhan orang pasiennya," ujar Danasmoro saat dihubungi Health Liputan6.com lewat sambungan telepon pada Senin, 18 Januari 2021.

Lebih lanjut Danasmoro, mengatakan, meski harus memakai alat pelindung diri (APD) yang terkesan 'ribet', para nakes akan selalu merespons dan datang saat dihubungi. Perawatan yang diberikan juga selalu disesuaikan dengan gejala tiap pasien.

"Pasien kan maunya macam-macam. Pasien ada berbagai gejala, dan harus terus diedukasi dan juga diberikan treatment yang pas. Mereka cukup telaten menangani kita," ujarnya.

 

 

3 dari 5 halaman

Perawat di Wisma Atlet Jempolan

Selain itu, lanjut Danasmoro, tenaga kesehatan di Wisma Atlet sangat andal dalam membangun kenyaman para pasien yang tengah dirawat.

"Kalau bertemu di lorong atau saat konsultasi, kan kita rutin ditensi dan dicek kesehatannya, ditanyakan gejala. Itu mereka sangat memberikan motivasi, selalu ramah, dan menyemangati," kata Danasmoro.

Hal tersebut juga terlihat saat beberapa pasien baru mengalami mental breakdown setelah melakukan swab test PCR untuk kedua kalinya tapi hasilnya belum juga negatif. 

Di saat itulah para tenaga kesehatan akan memberikan motivasi dan edukasi kepada pasien agar tidak stres.

Danasmoro, menambahkan, saat kondisi kesehatannya memburuk, nakes akan melakukan berbagai upaya agar dirinya tidak stres. Seperti menyelipkan secarik kertas berisi kalimat motivasi di tiap obat yang diberikan.

 

"Sempat kondisi saya drop, lalu kan dibagikan obat yang rutin pagi, siang, malam, di obatnya ada nama dan nomor kamar. Nah, di obatnya disisipkan pesan seperti 'Tetap semangat ya' dan lain-lain. Itu gesture penting buat saya, dan juga memorable," kata Danasmoro..

Danasmoro juga kagum dengan nakes di Wisma Atlet yang tidak jenuh saat merawat para pasien, meskipun mereka telah menghabiskan waktu berbulan-bulan di sana dan belum sekalipun pulang ke rumahnya.

"Saya saja yang 10 hari sudah bosan, apalagi mereka yang berbulan bulan tinggal di tower khusus, kemudian bekerja dengan shift itu dan menangani pasien yang itu-itu, kan seharusnya jenuh seperti itu," ujarnya.

 

4 dari 5 halaman

Nakes di Wisma Atlet Ulang Tahun

Cerita unik juga dibagikan Danasmoro. Saat itu dia melihat salah seorang tenaga kesehatan berulang tahun, dan nakes lainnya tampak berbuat usil ke orang tersebut.

"Mereka pada buat gimik. Kalau di sekolah kan kita biasa menempel tulisan di punggung teman kita, nah kalau ini tulisan, ditulis di APD-nya 'Hari ini saya ulang tahun, kasih selamat, ya'," kata Danasmoro.

Hal-hal seperti itu, disebut Danasmoro sangat menghibur dan mampu menghilangkan kejenuhan Danasmoro dan pasien lainnya.

5 dari 5 halaman

Ini yang Harus Dilakukan Begitu Dinyatakan Positif COVID-19

Di akhir obrolan, Danasmoro berbagi tips hal-hal yang harus dilakukan agar pasien COVID-19 cepat mendapatkan rumah sakit rujukan, seperti Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.

1. Segera ke Puskesmas

Bawa hasil swab test PCR dan KTP. Akan tetapi siap-siap saja diminta menunggu mengingat Wisma Atlet yang juga sedang penuh.

2. Data tracing

"Nanti kalau diminta data tracing segera dikasih, ya. Kemarin aku ditanya kontak erat siapa saja. Kemudian diminta data mereka (nama, NIK, dan alamat domisili), plus hasil swab test PCR mereka," kata Danasmoro.

"Menurut aku juga perlu menekankan kalian perlu penanganan alias tidak bisa dilakukan isolasi mandiri karena gejala yang dirasakan," Danasmoro melanjutkan.

Saat itu, Danasmoro mengatakan kepada pihak Puskesmas bahwa kondisinya masih infeksius, tinggal di kosan yang padat, dan kurang cocok buat isolasi mandiri.

Hal itu dilakukan biar menjadi catatan pihak Puskesmas.

"Konon sekarang karena keterbatasan kapasitas, yang OTG tidak dirawat atau mentok ditaruh di Wisma yang Pademangan," ujarnya.

Â