Sukses

Dokter Cirebon Minta Jokowi Vaksinasi COVID-19 Ulang, IDI: Itu Sudah Benar

IDI menanggapi surat dokter Cirebon yang minta Jokowi vaksinasi COVID-19 ulang

Liputan6.com, Jakarta - Viral sebuah surat terbuka seorang dokter spesialis penyakit dalam asal Cirebon, Jawa Barat, yang meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) vaksinasi COVID-19 ulang.

Dalam surat yang viral tersebut, dokter bernama Taufiq Muhibbuddin Waly menyebut bahwa penyuntikan vaksin COVID-19 terhadap Jokowi oleh Dokter Kepresidenan, Abdul Muthalib, dinilai gagal.

Setelah menyaksikan proses vaksinasi Jokowi, Taufiq, mengatakan, injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot) dan dilakukan tegak lurus (90 derajat).

Namun, menurut Taufiq, cara penyuntikkan vaksin COVID-19 kepada Jokowi terlihat tidak tegak lurus 90 derajat.

"Hal tersebut menyebabkan vaksin tidak menembus otot, sehingga tidak masuk ke dalam darah. Suntikan vaksin yang dilakukan pada Anda (Jokowi) hanyalah sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan). Dan itu berarti vaksin tidak masuk ke darah," begitu tulis Taufiq.

Menanggapi tulisan Taufiq yang meminta agar Jokowi divaksin ulang, Ketua Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban, angkat bicara.

Melalui kicauan di Twitter pribadinya, @ProfesorZubairi, dia mengatakan bahwa cara penyuntikkan vaksin Sinovac kepada Jokowi sudah benar.

"Vaksin yang diterima Pak Jokowi tidak menembus otot karena tidak 90 derajat. Sehingga dianggapnya, vaksin tersebut tidak masuk ke dalam darah dan hanya sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan). Apakah benar?" tulis Zubairi. 

"Jawabannya tidak benar. Sebab, menyuntik itu tidak harus selalu tegak lurus dengan cara intramuskular. Itu pemahaman lama alias usang dan jelas sekali kepustakaannya. Bisa Anda lihat di penelitian berjudul, Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat," lanjutnya.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Suntik Vaksin 90 Derajat untuk Injeksi Intramuskular Tidak Realistis

Dalam unggahan yang tayang pada Senin malam, 18 Januari 2021, Zubairi mencantumkan sebuah penelitian mengenai Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat yang ditulis DL Katsma dan R Katsma, yang diterbitkan di National Library of Medicine pada edisi Januari-Februari 2000.

Dalam penelitian termaktub, injeksi intramuskular dengan penyuntikkan sudut 90 derajat tidak realistis.

"Intinya, persyaratan sudut 90 derajat untuk injeksi intramuskular itu tidak realistis. Pasalnya, trigonometri menunjukkan, suntikan yang diberikan pada 72 derajat, hasilnya mencapai 95 persen dari kedalaman suntikan yang diberikan pada derajat 90," lanjutnya.

"Artinya, apa yang dilakukan Profesor Abdul Muthalib (yang menyuntikkan vaksin kepada Jokowi) sudah benar. Tidak diragukan," Zubairi menekankan.

Tak hanya soal penyuntikkan 90 derajat, Taufiq juga menyentil soal risiko terjadi Antibody Dependent Enhancement (ADE) pada vaksin Sinovac yang disuntikkan. Fenomena ADE berupa reaksi ketika pemberian antibodi (berupa vaksin atau lainnya) menjadi tidak efektif dan malah memperkuat infeksi.

Zubairi menjawab,"Kan tidak terbukti di uji klinik satu, dua dan tiga bahwa ADE itu terjadi pada vaksin Sinovac."

3 dari 4 halaman

Isi Surat Terbuka Vaksinasi COVID-19 Jokowi Minta Diulang

Berikut ini isi surat terbuka Taufiq yang meminta vaksinasi COVID-19 Jokowi diulang:

VAKSINASI PRESIDEN HARUS DIULANG DAN HATI-HATI DENGAN VAKSINASI

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Cirebon Indonesia, 14 Januari 2021

Kepada

Yth: Presiden Republik Indonesia 

Ir. H. Joko Widodo 

Di tempat 

Salam Vaksinasi, 

Hari ini, saya melihat anda divaksinasi. Setelah melihat berkali-kali video itu dan berdiskusi dengan para dokter serta para perawat senior, maka saya menyimpulkan bahwa vaksinasi yang anda lakukan adalah gagal. Atau anda belum divaksinasi.

Alasannya adalah injeksi vaksin Sinovac, harusnya intramuskular (menembus otot). Untuk itu, penyuntikkan harus lah dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat). Dan memakai jarum suntik untuk ukuran volume minimal 3 cc (spuit 3cc). Tetapi yang menyuntik anda tadi siang memakai spuit 1cc dan tidak tegak lurus 90 derajat.

Hal tersebut menyebabkan vaksin tidak menembus otot sehingga tidak masuk kedalam darah. Suntikan vaksin yang dilakukan pada anda tadi siang hanyalah sampai di kulit (intrakutan) atau dibawah kulit (subkutan). Dan itu berarti vaksin tidak masuk ke darah. 

Pabrik vaksin Sinovac telah membuat zat vaksin tersebut, hanya bisa masuk ke darah bila disuntikkan dengan cara intramuskular. Penyuntikkan dikulit (intrakutan) atau dibawah kulit (subkutan) tidak akan menyebabkan vaksin tersebut masuk ke dalam darah.

Kalaupun dapat masuk, hanyalah sedikit sekali. Lain halnya bila vaksin atau obat itu di desain untuk tidak disuntikkan secara intramuskular. Misalnya menyuntikkan insulin. Injeksi insulin harus dilakukan secara subkutan. 

Selain itu, setelah menonton berkali-kali, saya melihat bahwa masih ada vsksin yang tertinggal  pada spuit tersebut. Atau tidak seluruh vaksin disuntikkan. 

Satu orang lagi, yang saya lihat menjalani vaksinasi adalah Raffi Ahmad. Penyuntikkan dengan sudut 90 derajat sudah benar. Dan vaksin dalam spuit telah habis dikeluarkan semuanya. Tetapi karena yang digunakan spuit 1cc, maka sudah pasti spuit tersebut tidak dapat menembus otot Raffi Ahmad. Atau Raffi Ahmad pun harus mengulang vaksinasi COVID-19 seperti juga anda. 

Bapak Presiden RI yang terhormat,

Dengan dasar apa yang dituliskan di atas, wajib bagi anda untuk secepatnya divaksin lagi. Sebab vaksin Sinovac mewajibkan diulanginya suntikan vaksin setelah 1 Bulan suntikan pertama. Atau harus dua kali suntikan vaksin, supaya timbul respon imunitas dari tubuh.

Dengan diulanginya vaksinasi yang gagal hari ini, maka jelas bagi anda, kapan lagi jadwal vaksinasi yang ke dua. Hal itu sangat penting bagi anda, bila memang anda meyakini bahwa vaksinasi COVID-19 dengan vaksin Sinovac, memang bermanfaat untuk terhindar dari serangan COVID-19.

Bapak Presiden RI yang terhormat,

Contoh teladan seperti yang saya tuliskan diatas, diharapkan akan menambah semangat dan kepercayaan bawahan anda serta seluruh rakyat Indonesia akan manfaat vaksinasi COVID-19. 

Pada akhirnya demi rasa kasih sesama manusia dan untuk tidak dimurkai Tuhan sebagai orang-orang yang menyembunyikan ilmunya, maka saya menasihatkan anda untuk mengecek rapid antibody sebelum mengulang vaksin yang gagal itu.

Hal itu untuk mencegah terjadinya reaksi Antibody Dependent Enhacement(ADE). Di mana bila hal itu terjadi, maka virus-virus mati yang berada dalam vaksin Sinovac itu, akan dengan mudah masuk kedalam sel-sel organ penting anda (jantung, otak, ginjal). Dan bila itu terjadi maka bisa saja menyebabkan kerusakan organ-organ vital tersebut bahkan kematian.

Betapapun para ahli mengatakan kemungkinan untuk terjadinya reaksi ADE akibat vaksinasi Sinovac adalah kecil. Pada pandangan saya,tidak ada salahnya bila seseorang yang mampu, untuk melakukan cek rapid antibody sebelum dilakukan vaksinasi Sinovac. Bila rapid Antibody negatif, maka aman untuk divaksinasi. Tetapi bila positif sebaiknya batalkan vaksinasi Sinovac itu.

Karena seperti surat yang pernah saya kirimkan dulu kepada anda, bahwa vaksin Sinovac adalah vaksin terlemah dalam menimbulkan respon imunitas dari 10 vaksin unggulan WHO. Maka, tanpa disuntikkan vaksin Sinovac pun tidaklah masalah. Karena kita telah mempunyai antibody terhadap virus COVID-19 itu ( rapid test antibody positif ).

Saran saya yang lain lagi adalah cukuplah anda 3x saja menjadi contoh sebagai orang pertama yang disuntik vaksin (1x gagal, 1x mengulang kegagalan dan 1x lagi booster, 1 bulan setelah suntikan mengulang kegagalan itu).

Kenapa hal tersebut saya katakan?

Karena, vaksinasi COVID-19 harus dilakukan booster berulang kali. Disebabkan, berdasarkan penelitian, respon imunitas yang dihasilkan akibat vaksinasi COVID-19, paling lama adalah 3-4 bulan. Dan maksimal adalah 6 Bulan. Karena itulah vaksinasi COVID-19 harus diulang-ulang terus. Minimal 2x dalam 1 Tahun. 

Mengulang-ulang vaksinasi (entah sampai kapan) selain menyebabkan kemungkinan ADE, seperti yang saya tuliskan di atas, juga dapat menyebabkan kemungkinan masuknya virus mati (Sinovac dan Sinopharm) atau bagian protein dari virus tersebut (seperti vaksin-vaksin lainnya ) untuk masuk ke dalam sel-sel organ dalam kita (jantung, usus, ginjal, mata, pembuluh darah dsb).

Hal itu dapat terjadi karena sebagian besar sel-sel organ dalam kita mempunyai enzim ACE2 pada permukaan membran nya. Dan enzim tersebut memudahkan virus hidup COVID-19, virus mati atau bagian protein COVID-19 itu, untuk masuk ke sel organ-organ penting kita.

Dan bila itu terjadi, reaksi yang berbahaya yang menyebabkan cacatnya organ-organ tersebut dapat terjadi. Sebagai seorang Presiden, anda harus diselamatkan terlebih dahulu ketimbang bawahan atau rakyat anda. Itulah alasan kenapa saya menyarankan cukuplah 3x saja anda menjadi orang yang pertama kali disuntik vaksin Sinovac. 

Demikian surat saya. Bila surat ini penting menurut anda, maka silakan menyebarluaskannya pada bawahan anda dan seluruh rakyat Indonesia. Termasuk juga MUI. Fatwa haram, wajib, atau makruh, tentang vaksinasi COVID-19 beserta booster-boosternya harus dikatakan juga. Bukan hanya halal dan suci saja. 

Salam Vaksinasi 

dr. Taufiq Muhibbuddin Waly Sp.PD

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Manfaat Penting Vaksinasi Covid-19