Sukses

PPKM Lebih Efektif Jika Masyarakat Disiplin Seperti Saat PSBB Awal

PPKM dinilai lebih efektif jika masyarakat disiplin seperti saat PSBB awal.

Liputan6.com, Jakarta Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dinilai lebih efektif jika masyarakat disiplin seperti saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di awal pandemi COVID-19. Terlebih lagi PPKM diperpanjang hingga 8 Februari 2021.

Pada penerapan PPKM Jawa-Bali yang mulai 11 Januari 2021, hasil evaluasi belum optimal. Zona merah, angka kasus COVID-19, dan kematian meningkat drastis.

"Kita dapat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembatasan kegiatan yang sudah dilaksanakan selama seminggu ke belakang," kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Kamis (21/1/2021).

"Kondisi ini dapat diperbaiki secara lebih efektif apabila kita melakukan pembatasan kegiatan masyarakat dengan disiplin dan serius seperti pada saat PSBB di awal pandemi."

Dalam hal ini, kebijakan intervensi PPKM di Pulau Jawa dan Bali yang sudah berlangsung selama satu minggu masih harus terus dioptimalkan.

"Kita masih memiliki harapan besar pada intervensi pemberlakuan pembatasan kegiatan. Ini baru satu minggu pelaksanaan. Dampak dari intervensi, baru akan terlihat pada minggu ketiga intervensi dilakukan," imbuh Wiku.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Perbaiki Hasil PPKM dengan Pemeriksaan PCR dan Lacak Kontak Erat

Apabila penularan virus Corona masih tinggi dan angka COVID-19 belum mampu ditekan, Wiku menyebut, kita akan terus memperpanjang periode pembatasan kegiatan terus-menerus sampai dalam waktu yang tidak bisa diprediksi.

Agar penanganan COVID-19 selama PPKM berlangsung efektif, perlu upaya meningkatkan pemeriksaan PCR dan pelacakan kontak erat. Upaya ini untuk mendeteksi kasus COVID-19 lebih cepat.

"Kondisi ini dapat diperbaiki oleh kita bersama apabila upaya-upaya penanganan dilakukan sangat maksimal. Kunci memperbaiki penanganan COVID-19, yakni meningkatkan pemeriksaan PCR di laboratorium dan memperluas cakupan penelusuran kontak erat," terang Wiku.

Jika ada daerah yang kesulitan pemeriksaan PCR, maka dilakukan pemeriksaan menggunakan tes antigen sebagai upaya skrining. Dengan demikian, kasus COVID-19 akan lebih cepat dideteksi, sehingga mencegah laju penularan yang lebih tinggi lagi.

"Selain itu, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan juga menjadi kunci meningkatkan kesembuhan dan mencegah kematian. Pada akhirnya nanti, zonasi risiko yang ada dapat berpindah ke arah yang lebih aman, yaitu zona kuning dan hijau," pungkas Wiku.

3 dari 3 halaman

Infografis 10 Aturan Wajib Dipatuhi Saat Pengetatan PSBB Jakarta