Liputan6.com, Jakarta - Kebanyakan orang akan menganggap keluhan jari terasa pegal atau kaku setelah berjam-jam bekerja dengan jemarinya merupakan sesuatu yang wajar. Padahal, perlu diketahui bahwa kaku pada jari bisa jadi merupakan gejala dari penyakit yang lebih serius, seperti trigger finger.
Menurut dokter spesialis bedah ortopedi Rumah Sakit (RS) Pondok Indah, dr. Rizky Priambodo Wisnubaroto, trigger finger merupakan kondisi saat selubung pelindung di sekeliling tendon jari mengalami peradangan, yang menyebabkan jari kaku dalam posisi menekuk.
Baca Juga
Hal tersebut biasanya terjadi, saat seseorang terlalu sering dan terus-menerus bekerja menggunakan jarinya.
Advertisement
"Seperti juru masak atau mengetik, itu kan menyebabkan iritasi atau inflamasi pada jaringan ikat jari, kemudian akan menyebabkan pembengkakan sehingga jari kita akan terkunci pada posisi flexy atau menekuk," ujar Rizky dalam diskusi virtual, Jumat (29/01/2021).
Rizky menjelaskan, terdapat beberapa gejala dari trigger finger yang dapat dikenali, seperti jari yang terasa terkunci pada posisi melekuk, ada bunyi "klek" saat jari diluruskan atau ditekuk, kaku pada jari yang lebih didominasi pada waktu pagi hari, dan biasanya, membutuhkan bantuan tangan lain untuk meluruskan jari yang kaku.
"Kalau malam hari itu tendon jari kita akan lebih besar sedikit, sehingga terasa nyerinya itu saat pagi hari," jelas Rizky.
Risiko seseorang terkena trigger finger, disebut Rizky cukup besar, karena berdasarkan catatannya, 2 hingga 3 persen orang di seluruh dunia mengalami kondisi itu.
Â
Â
Simak Juga Video Berikut Ini
Kasus Trigger Finger Didominasi Wanita
Menurutnya, jumlah kasus trigger finger didominasi oleh wanita. "Wanita 2 sampai 6 kali berpotensi lebih tinggi terkena trigger finger," ucapnya.
Namun, saat ditanya alasannya, Rizky menjawab tidak ada hubungan pasti antara wanita dengan trigger finger. Tapi berdasarkan data yang ia terima, jumlah penderita trigger finger berjenis kelamin wanita, jauh lebih banyak ketimbang pria.
Senada, Rizky juga menjelaskan bahwa orang yang menderita diabetes melitus, berpotensi mengalami trigger finger 5 hingga 7 kali lebih tinggi. "Sampai saat ini belum diketahui alasannya, tapi memang jumlah orang terkena trigger finger banyak yang berasal dari pasien diabetes melitus," ujar Rizky.
"Jadi belum diketahui sebab akibatnya antara dua penyakit itu," tambahnya.
Selain itu, Rizky juga mengatakan, trigger finger biasanya diderita oleh seseorang dengan usia 30 tahun keatas, dan biasanya menyerang jari manis dan telunjuk.
"Meskipun ada kasus jari lainnya, tapi paling sering itu (jari manis dan telunjuk)," katanya.
Apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, menurut Rizky, trigger finger dapat menyebabkan beberapa masalah serius pada jari.
(Penulis: Rizki Febianto)
Advertisement