Liputan6.com, Jakarta Mengubah perilaku masyarakat dalam penerapan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) menjadi tantangan berat dalam penanganan COVID-19.
Menurut Kasubdit Puskesmas Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Kementerian Kesehatan dr. Monika Saraswati Sitepu, M. Sc pada dasarnya derajat kesehatan ditentukan oleh berbagai faktor dan faktor yang paling menentukan adalah perilaku manusianya dan faktor lingkungan.
Baca Juga
“Mau kita bicara tentang kesehatan dari sudut penyakit menular maupun tidak menular itu sama, perilaku dan lingkungan yang paling memegang peran,” ujar Monika dalam webinar Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak Universitas Indonesia (PUSKAPA), Sabtu (30/1/2021).
Advertisement
Ia melihat strategi mengubah perilaku masyarakat di negara lain yang menggunakan sanksi atau hukuman sedangkan di Indonesia tidak. Perubahan perilaku di Indonesia cenderung ditekankan dengan upaya-upaya meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Dalam penerapan 3M dan 3T (trace, test, treat) ini memang perilaku masyarakat kita ini lah yang perlu kita perbaiki tentunya kolaborasi semua pihak dibutuhkan.”
Sebetulnya, lanjut Monika, sektor kesehatan dari tingkat pusat hingga tingkat puskesmas sudah melakukan berbagai kegiatan. Namun, kegiatan itu juga tidak bisa berjalan dengan baik kalau tidak ada kolaborasi dan dukungan.
“Dukungannya itu memang harus dari masyarakat sendiri, bagaimana masyarakat juga bisa mendapatkan contoh-contoh dari tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, dan dari sektor swasta seperti media massa.”
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Tak Sekadar Tahu
Monica juga menyebut bahwa tantangan terbesar dalam mengubah perilaku masyarakat adalah ketika menyadarkan mereka agar mengetahui COVID-19 dengan baik.
“Jadi kami rasa tantangan terbesar kita adalah bagaimana bisa menyadarkan masyarakat agar mengetahui dengan baik tentang COVID-19 ini.”
Tidak sekadar tahu, tapi masyarakat juga harus mengerti bagaimana cara pencegahannya dan bagaimana agar masyarakat mau menerapkan segala aturannya.
Acap kali disebutkan bahwa hal yang sulit diterapkan pada masyarakat adalah penggunaan masker, katanya. Namun, sebetulnya bagi sebagian orang yang paling susah adalah menghindari pertemuan dan perkumpulan.
“Jadi acara kumpul-kumpul itu sudah jadi budaya memang, kadang-kadang itu yang susah. Kalau bicara masker bisa diterapkan tapi kalau kumpul-kumpul entah tahun baruan atau hari besar lain kadang tidak terelakkan,” tandasnya.
Advertisement