Liputan6.com, Jakarta - Johnson & Johnson (JNJ) mengumumkan data efikasi dan keamanan dari uji klinis ENSEMBLE tahap tiga terhadap vaksin COVID-19 dosis tunggal yang mereka kembangkan.
Seperti yang telah banyak diketahui, vaksin virus corona yang dikembangkan JNJ merupakan vaksin COVID-19 yang hanya membutuhkan satu dosis penyuntikan, berbeda dengan vaksin-vaksin corona lainnya yang butuh dua kali suntikan.
Baca Juga
Dalam laman resminya, dikutip Minggu (31/1/2021), vaksin COVID-19 JNJ secara keseluruhan memiliki efikasi sebesar 66 persen dalam mencegah COVID-19 sedang hingga parah, 28 hari usai vaksinasi. Perlindungan mulai terlihat pada hari ke-14.
Advertisement
Sementara di tiap-tiap negara uji klinis, tingkat perlindungan yang dilaporkan berbeda-beda. Di Amerika Serikat, vaksin COVID-19 ini melindungi hingga 72 persen, sementara di Amerika Latin angkanya 66 persen, dan di Afrika Selatan 57 persen.
Perlindungan ini umumnya konsisten di seluruh ras, kelompok usia, termasuk lansia di atas 60 tahun, di semua varian dan wilayah yang diteliti, termasuk di Afrika Selatan yang 95 persen kasus COVID-19 nya disebabkan varian SARS-CoV-2 B.1.351.
Data interim tersebut didapatkan dari 43.783 peserta uji klinis berusia 18 tahun ke atas dengan 468 kasus gejala COVID-19.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Cegah Keparahan hingga 85 Persen
JNJ menyatakan bahwa vaksin yang mereka kembangkan memiliki tingkat perlindungan terhadap rawat inap dan kematian akibat COVID-19 sebesar 85 persen, di semua wilayah yang diteliti.
"Hasil topline dengan kandidat vaksin COVID-19 suntikkan tunggal ini mewakili momen yang menjanjikan," kata Paul Stoffels, Vice Chairman of the Executive Committee dan Chief Scientific Officer Johnson & Johnson.
"Potensi untuk secara signifikan mengurangi beban penyakit parah, dengan menyediakan vaksin yang efektif dan dapat ditoleransi dengan baik hanya dengan satu imunisasi, merupakan komponen penting dari respon kesehatan masyarakat global," ujarnya.
Dikutip dari The Independent, JNJ saat ini tengah mengajukan izin pakai darurat kepada regulator obat Amerika Serikat, Food and Drug Administration. Adapun, vaksin ini dikembangkan oleh JNJ bekerja sama dengan Beth Israel Deaconess Medical Center.
Meski hasil efikasinya lebih rendah dibandingkan vaksin corona lain seperti Moderna dan Pfizer, namun beberap pakar masih menyebutnya sebagai "game changer."
Anthony Fauci, Direktur National Institutes for Allergy and Infectious Disease di AS mengatakan, indikator utama yang harus diperhatikan adalah bagaimana mereka memiliki dampak pada penyakit parah akibat COVID-19.
"Pada dasarnya tidak ada rawat inap atau kematian dalam kelompok vaksin, sedangkan pada kelompok plasebo ada. Kita memiliki kandidat vaksin yang memiliki nilai tambah," kata Fauci.
Advertisement