Sukses

Ini Peran Puskesmas yang Bisa Dioptimalkan Selama Pandemi COVID-19

Lebih dari 90 persen layanan pengobatan umum, salah satunya Puskesmas, terganggu selama pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) menyebutkan bahwa lebih dari 90 persen layanan pengobatan umum terganggu selama pandemi COVID-19. Dan, 46 persen puskesmas harus beradaptasi dengan mengurangi jam kerja layanan dan beberapa layanan kesehatan.

Artinya, semakin banyak orang yang menjadi rentan karena tidak mendapatkan layanan berkualitas.

Dalam penanganan pandemi Virus Corona, CISDI melalui studinya menemukan bahwa Indonesia masih hanya mengandalkan rumah sakit. Ini membuat orang yang membutuhkan pengobatan atau layanan harus menempuh jarak yang jauh, sehingga meningkatkan kemungkinan penularan dan penyebaran virus penyebab COVID-19.

Selain itu beban kerja rumah sakit pun semakin berat, dan sudah mulai banyak yang kolaps.

Kabid Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan Repubik Indonesia, dr Monica Saraswati Sitepu, dan Direktur Program CISDI, Egi Abdul Wahid, mengatakan, rumah sakit sudah mulai kolaps dan banyak yang tidak bisa menerima pasien baru.

“Vaksin yang perlahan mulai didistribusikan juga tidak akan menjangkau lebih banyak orang jika tidak didukung puskesmas,” ujar Monica mengutip keterangan pers Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak Universitas Indonesia (PUSKAPA), ditulis Selasa (2/2/2021).

Dalam hal ini, puskesmas dapat berperan sebagai berikut:

- Puskesmas bisa mengelola kasus tanpa gejala dan gejala ringan, juga bisa memantau pasien yang melakukan isolasi mandiri di fasilitas yang disediakan pemerintah.

- Menjangkau kelompok rentan yang sulit dideteksi, misalnya mereka yang tidak punya nomor induk kependudukan (NIK), anak jalanan dan lainnya dengan melibatkan kader-kader atau RT/RW yang tinggal dekat. Sehingga kelompok rentan bisa terjangkau.

- Memberdayakan kader masyarakat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat soal COVID-19 dan pentingnya protokol kesehatan, untuk mengurangi stigma dan penolakan di masyarakat.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Tantangan Puskesmas

Pada Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19, sudah ada kebijakan yang jelas menyatakan puskesmas bisa mengelola kasus tanpa gejala dan gejala ringan. Namun, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi seperti:

-Masih ada stigma di masyarakat kepada mereka yang terkena COVID-19. Sehingga bila ada kasus masyarakat atau institusi cenderung menutup-nutupi. Ini membuat proses tracing semakin sulit dilakukan dan proses treatment lambat ditangani.

- Saat ini puskesmas masih kekurangan sumber daya. Data CISDI mengungkapkan rata-rata puskesmas di daerah hanya memiliki 10-20 tenaga kesehatan. Sedangkan jumlah populasi di wilayah layanannya bisa mencapai 10.000-20.000 layanan. Ini membuat petugas kewalahan untuk melakukan proses tracing atau pelacakan.

- Masih banyak puskesmas yang belum memiliki fasilitas untuk isolasi mandiri. Ini membuat banyak warga yang masih melakukan isolasi mandiri di rumahnya. Beberapa puskesmas di daerah melakukan kerja sama dengan hotel dan penginapan. Namun, solusi ini akan menjadi beban biaya bila dilakukan untuk jangka waktu yang lama.

- Masih banyak puskesmas yang belum mendapatkan persediaan alat pelindung diri (APD) yang memadai. Selain itu, fasilitas seperti ventilator masih terbatas jumlahnya.

 

3 dari 3 halaman

Infografis Benarkah Sudah Divaksin Masih Bisa Kena COVID-19?