Sukses

Mirip, Indonesia Punya GeNose, Belanda Punya SpiroNose

Belanda juga memiliki alat pendeteksi COVID-19 yang mirip dengan buatan tim peneliti UGM.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia saat ini telah meluncurkan alat pendeteksi virus Corona dengan nama GeNose. Alat yang dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mampu mendeteksi serta mendiagnosis apakah seseorang terinfeksi COVID-19 atau tidak.

GeNose bekerja, dengan mengambil sampel dari embusan napas, serta secara cepat dan akurat akan mendeteksi VOC (Volatile Organic Compound) yang terbentuk karena infeksi Corona.

Saat ini, GeNose sudah mulai digunakan di beberapa tempat, seperti di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat dan Stasiun Tugu, Yogyakarta.

Mirip dengan Indonesia, Belanda saat ini tengah memperkenalkan tes COVID-19 berbasis embusan napas, dengan nama SpiroNose.

Dalam penggunaan SpiroNose, seseorang yang ingin dites harus menghirupnya untuk menunjukkan kemungkinan infeksi virus Corona. Hasilnya pun dapat keluar hanya dalam waktu satu menit.

SpiroNose direncanakan akan digunakan di berbagai tempat di seluruh Belanda untuk mempercepat proses pengujian dan membuat orang-orang tidak terlalu lama menunggu.

Fasilitas pengujian di Amsterdam pada minggu ini pun telah menjadi tempat pertama yang mulai menggunakan SpiroNose.

Setelah berbulan-bulan uji coba, otoritas kesehatan Belanda menemukan SpiroNose dapat diandalkan dalam mendeteksi kasus hasil tes negatif.

Pakar penyakit menular Mariken van der Lubben dari layanan kesehatan Kota Amsterdam mengatakan, penggunaan SpiroNose untuk deteksi COVID-19 telah melalui uji coba selama beberapa bulan.

“Jika Anda diuji secara negatif, maka itu adalah hasil yang sangat andal dan Anda bisa pergi,” kata Van der Lubben, seperti dilansir laman New York Post, Rabu (03/02/2021).

Simak Juga Video Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Tetap Harus Tes PCR Jika Terdeteksi Positif

Namun, jika nantinya hasil tes menunjukkan positif, maka orang tersebut harus menjalani tes polymerase chain reaction (PCR) untuk memastikannya, apakah infeksi yang terdeteksi disebabkan oleh virus Corona.

Layanan kesehatan Belanda telah memesan sekitar 1.800 unit SpiroNose, dan berencana untuk memperkenalkannya di fasilitas pengujian di seluruh negeri dalam beberapa bulan mendatang.

“Ini adalah teknologi yang menjanjikan, terutama karena kecepatannya, Anda bisa mendapatkan hasil dalam satu menit,” ujar ahli virologi Belgia, Marc Van Ranst.

“Itu adalah pengubah permainan, jika Anda dapat membuat diagnosis cepat atau menyingkirkan infeksi dalam satu menit. Namun, kami belum memiliki hasil yang cukup untuk dengan tegas mengatakan ini adalah masa depan," tambahnya.

Sementara itu, perusahaan teknologi kesehatan Belanda Breathomix, yang awalnya mengembangkan mesin untuk mendeteksi asma dan kanker paru-paru, mengatakan telah mengumpulkan cukup data untuk secara andal menemukan kemungkinan infeksi virus corona.

“Dalam beberapa bulan terakhir kami telah mengukur ribuan pasien infeksi Corona dan orang yang tidak terinfeksi Corona, jadi kami tahu bagaimana profil nafas rata-rata Corona dan orang-orang tanpa Corona,” ujar Kepala Eksekutif Breathomix Rianne de Vries.

De Vries menyatakan, Breathomix saat ini tengah menyelidiki opsi untuk menggunakan SpiroNose di perusahaan atau sekolah, untuk membantu menciptakan lingkungan yang aman di tempat tersebut.

Namun, SpiroNose tidak akan langsung menjadi solusi untuk membuka kembali tempat-tempat yang sebelumnya ditutup, seperti sekolah.

Hal tersebut diputuskan, karena nyatanya setiap tes membutuhkan waktu 2-3 menit dari proses awal hingga selesai. Apa lagi mesin tersebut sensitif terhadap alkohol, asap, dan faktor pengganggu lainnya dalam napas seseorang.

 

(Penulis: Rizki Febianto)

3 dari 3 halaman

Infografis