Liputan6.com, Jakarta - Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menanggapi analisis Bloomberg soal kekebalan kelompok (herd immunity) Indonesia yang akan tercapai dalam waktu 10 tahun. Kekebalan ini dari vaksinasi yang menyasar 70 persen populasi penduduk.
Disebutkan pejabat penyakit menular Amerika Serikat seperti Anthony Fauci, vaksinasi COVID-19 yang menyasar 70-85 persen dari populasi penduduk demi mencapai situasi yang kembali normal (bebas COVID-19).
Advertisement
"Kalau melihat data sekarang, Saya cukup optimistis bahwa kita bisa bersaing dengan banyak negara mengenai kecepatan vaksinasi COVID-19, baik dengan India, Bangladesh, dan Amerika Serikat. Jadi, kalau kita lihat concern dari pemerintah," terang Zubairi saat dialog Bersatu Melawan COVID-19 pada Senin, 8 Februari 2021.
"Dan juga presiden mengenai vaksinasi COVID-19 untuk sebagian besar masyarakat ya sudah cukup jelas. Kebetulan Saya juga mengikuti rapat dengan Satgas COVID-19 dan mendapatkan rincian masukan dan laporan rencana kerja masing-masing provinsi."
Penanganan COVID-19 di Indonesia, termasuk pelaksanaan vaksinasi nasional, lanjut Zubairi, sepenuhnya diupayakan pemerintah dengan baik.
"Kita benar-benar serius di Satgas Nasional juga Kemeterian Kesehatan. Dan juga serius (ditangani) Presiden dan para menterinya. Saya sih lumayan optimistis (pelaksanaan vaksinasi) bahwa kita tidak kalah dengan negara-negara lain," imbuhnya.
Â
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Target Eradikasi COVID-19 Mungkin Tidak Bisa
Zubairi mengungkapkan target bebas COVID-19 secara eradikasi--sepenuhnya COVID-19 hilang--mungkin tidak bisa. Namun, target yang menyasar lebih kepada situasi endemik--penyebaran penyakit dalam suatu daerah atau kelompok populasi tertentu--kemungkinan bisa terjadi.
"Dengan catatan, eradikasi mungkin semua dunia juga tidak bisa. Namun, kalau targetnya pandemi hilang, kemudian menjadi endemik di sini. Artinya, penyebaran virus Corona ada di tempat lain, sementara di sini enggak ada," jelasnya.
"Atau bisa juga sekali-sekali muncul di beberapa tempat. Nah, itu skenarionya yang paling mungkin ke arah ke sana."
Lebih lanjut, Zubairi mengatakan, perlu diketahui bahwa di dunia ini tidak ada penyakit virus yang hilang, kecuali satu yaitu hanya variola (penyebab cacar). Untuk virus influenza yang sudah ada vaksinnya bukan berarti hilang. Strain virus influenza terus berkembang setiap tahun.
"Influenza bukan batuk pilek, tapi virus ini bikin panas tinggi, radang paru dan mengakibatkan kematian yang banyak banget. Nah, virus ini sudah ada berpuluh tahun dan ketemu vaksinnya. Namun, setiap tahun masih menyebabkan kematian di Amerika sampai puluhan ribu walau sudah vaksinasi influenza setiap tahun," terangnya.
"Saya tahu persis karena kebetulan anak, mantu, cucu tinggal di sana. Jadi setiap akhir tahun, November-Desember selalu pasti divaksin ulang karena vaksin influenza yang tahun lalu tidak bisa melindungi terhadap strain virus influenza yang sekarang ini ada."
Advertisement