Liputan6.com, Jakarta - University of Oxford akan memulai uji klinis vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan bersama AstraZeneca kepada kelompok usia anak 6 sampai 17 tahun.
Berdasarkan uji coba sebelumnya, vaksin corona ChAdOx1 nCoV-19 tersebut dilaporkan menunjukkan keamanan, menghasilkan respon sistem kekebalan tubuh yang kuat, serta memiliki efikasi yang tinggi pada usia dewasa.
Baca Juga
Mengutip laman resmi Oxford pada Minggu (14/2/2021), uji coba ini adalah uji klinis fase II acak, melibatkan 300 sukarelawan, dengan sekitar 240 dari mereka akan menerima vaksin COVID-19.
Advertisement
Sisanya akan mendapatkan vaksin meningitis yang terkontrol dan telah terbukti aman untuk anak, dengan efek samping serupa seperti nyeri pada lengan tempat suntikan.
"Meski sebagian besar anak-anak relatif tidak terpengaruh virus corona dan kemungkinan besar tidak akan sakit karena infeksi, penting untuk menetapkan respon keamanan dan kekebalan vaksin pada anak dan remaja," kata Andrew Pollard, pimpinan uji klinis vaksin Oxford.
Pollard, yang juga profesor di bidang infeksi dan kekebalan anak itu mengatakan, uji coba baru ini dapat memperluat pemahaman mengenai pengendalian virus corona SARS-CoV-2 ke kelompok usia yang lebih muda.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Pandemi Berdampak Negatif pada Anak
Menurut Rinn Sing, pediatrician dan clinican-scientist Oxford Vaccine Group mengatakan, pandemi COVID-19 berdampak negatif pada pendidikan, perkembangan sosial, dan kesejahteraan emosional pada anak dan remaja, di luar penyakit dan gejala parah yang jarang.
"Oleh karena itu, penting untuk mengumpulkan data tentang keamanan dan respons kekebalan terhadap vaksin virus corona kami pada kelompok usia ini, sehingga mereka berpotensi mendapatkan keuntungan dari dimasukkan dalam program vaksinasi dalam waktu dekat," kata Song.
Uji coba ini telah diluncurkan pada Jumat waktu setempat, dengan vaksinasi pertama diharapkan mulai pada Februari ini. Studi ini didanai oleh National Institute for Health Research dan AstraZeneca.
Uji klinis ini sendiri dilakukan Oxford bekerja sama dengan tiga lokasi yang bermitra dengan mereka di London, Southampton, dan Bristol.
Awal pekan ini, Jonathan Van-Tam, Deputy Chief Medical Officer di Inggris mengatakan bahwa beberapa uji coba untuk pengembangan vaksin COVID-19 pada remaja tengah dikembangkan.
"Sangat mungkin bahwa kita bisa memiliki beberapa vaksin anak yang berlisensi untuk COVID di akhir tahun ini. Itu sangat mungkin, tetapi tidak dijamin," kata Van-Tam seperti dikutip dari The Guardian.
Advertisement