Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa tiga varian baru virus corona COVID-19 yang disebut-sebut lebih menular belum ditemukan di Indonesia.
Ketiga varian baru virus corona yang dimaksud Bambang adalah strain yang berasal dari Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil.
Baca Juga
Dalam webinar yang disiarkan di Youtube Kemenristek/BRIN pada Senin (15/2/2021), Bambang mengatakan bahwa varian B117 Inggris meski lebih menular, namun vaksin yang dikembangkan saat ini masih efektif melawan varian ini.
Advertisement
"Yang satu lagi, dari Afrika Selatan, strain varian ini sepertinya membuat vaksin COVID-19 kurang efektif dan tentu saja ini sangat menjadi perhatian kita," kata Menristek Bambang.
Ia mengatakan, jika strain Afrika Selatan membuat vaksin menjadi kurang efektif, strategi dalam mencapai kekebalan kelompok bisa terdampak. "Sehingga kita masih perlu menganalisis efektifitas dari vaksin melawan strain Afrika Selatan."
Selain itu, Bambang mengatakan bahwa penyintas COVID-19 dilaporkan juga bisa terkena strain virus corona Afrika Selatan, meski dirinya sudah memiliki antibodi.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Bahaya Strain Baru Bagi Indonesia
Bambang mengatakan ketiga strain baru virus corona belum ditemukan di Indonesia. Namun menurutnya, masih dibutuhkan analisa dan pengawasan dari waktu ke waktu untuk memastikan hal tersebut. Menurutnya, dampak dari mutasi virus corona adalah hal yang serius.
"Kita membutuhkan surveilans genom yang lebih intensif untuk pertama mengidentifikasi mutasi strain virus yang sudah beredar di Indonesia, dan kedua kita perlu mengetahui lebih rinci dampak dari strain atau mutasi baru virus ini, terhadap keparahan, terhadap penularan, serta pengembangan vaksin."
Bambang mengatakan, apabila ketiga strain baru yang lebih mudah menular ini ditemukan di Indonesia, yang dikhawatirkan adalah meningkatnya beban rumah sakit.
"Kita tentu butuh lebih banyak rumah sakit, lebih banyak staf medis, yang tentu menciptakan kekhawatiran mengingat kita punya keterbatasan baik pada kapasitas rumah sakit dan jumlah tenaga kesehatan," kata Bambang.
Selain itu, tentu hal itu bisa berdampak pada meningkatnya kebutuhan jumlah laboratorium untuk diagnostik dan percepatan vaksinasi untuk menciptakan kekebalan kelompok.
Bambang juga melaporkan bahwa meski ketiga varian tersebut belum ditemukan di Indonesia, namun beberapa negara Asia dan Australia telah melaporkan temuan tersebut.
"Jadi kita perlu sangat waspada, sangat berhati-hati, terhadap potensi dari penularan strain ini," katanya.
Advertisement