Liputan6.com, Jakarta - Google Doodle di laman pencari Google hari ini tampak menarik. Terlihat ada seorang wanita berjas putih berkalung stetoskop sambil menggendong bayi. Begitulah Marie Thomas digambarkan sebagai bentuk peringatan ulang tahun ke-125 Marie Thomas.
Tak banyak yang tahu bahwa Marie Thomas adalah perempuan pertama di Indonesia yang menjadi dokter. Bukti sejarah mengenai kiprah Marie Thomas sebagai dokter perempuan pertama Indonesia ada di Museum Kebangkitan Nasional.
Baca Juga
Marie Thomas merupakan salah satu alumni School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA).
Advertisement
"Ibu Marie Thomas adalah perempuan dari Minahasa. Dan adalah dokter perempuan pertama di Indonesia, lulusan STOVIA pada tahun 1922," kata edukator Museum Kebangkitan Nasional dalam kunjungan virtual bersama Kemdikbud RI di YouTube Puspeka Kemdikbud.
Pada saat STOVIA berdiri di 1902, awalnya hanya menerima laki-laki yang bersekolah di sini seperti disampaikan Swa. Alasannya, saat itu hanya menerima murid laki-laki karena sistem asrama.
"Baru pada 1910-an, STOVIA membuka diri untuk perempuan. Murid perempuan nge-kos di sekitar sekolah. Marie Thomas adalah murid pertama perempuan," lanjut Swa.
Saat itu, untuk bisa mendapatkan gelar dokter dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun. Terdiri dari 3 tahun masa persiapan dan 7 tahun untuk sekolah.
Bukti Marie Thomas lulus menjadi dokter terpampang dalam papan Lulusan STOVIA 1902-1926 di Museum Kebangkitan Nasional.
Â
Saksikan Video Berikut
Marie Thomas, si Anak Asal Minahasa
Marie Thomas lahir di Likopang, Minahasa, Sulawesi Utara pada 17 Februari 1896. Ia merupakan putri dari Adiran Thomas dan Nicolina Maramis.
Ayahnya seorang tentara, maka Marie kecil harus sering berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti sang ayah bertugas. Tak heran bila Marie kecil kerap pindah sekolah.
Ia menyelesaikan pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS), sebuah sekolah khusus anaka-anak Eropa dan Bumiputera beragama Kristen di Manado. Marie Thomas lulus dari ELS pada tahun 1911.
Lalu, oada 1912, Marie mendapatkan beasiswa dari STOVIA. Sepuluh tahun belajar ilmu kedokteran, Marie ulus pada 1922, ia langsung bekerja rumah sakit terbesar di Batavia kala itu, Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ) – sekarang RS Cipto Mangunkusumo seperti mengutip laman muskitnas.
Tak berhenti belajar, Marie Thomas kemudian mengambil sekolah spesialis. Ia mengambil pendidikan bidang ginekologi dan kebidanan.
Selain itu, Marie merupakan salah satu dokter yang pertama kali terlibat dalam kebijakan mengontrol kelahiran bayi lewat metode kontrasepsi Intrauterine Device (IUD).
Â
Advertisement
Cinta Bersemi di STOVIA
Di STOVIA, Marie Thomas juga menemukan pasangan, ia adalah Mohammad Yusuf. Cinta mereka bersemi ketika sekelas di STOVIA.
Setelah menikah, Marie dan Yusuf pindah ke Padang, kampung halaman Yusuf dan bekerja di sana sebagai dokter. Pernikahan mereka dikaruniai dua orang anak bernama Sonya dan Eri.
Marie ingin ilmunya dibagikan untuk masyarakat luas. Di tahun 1950, ia mendirikan sekolah kebidanan di Bukittinggi. Sekolah kebidanan tersebut merupakan yang pertama kali berdiri di Sumatera, dan kedua di Indonesia.
Marie Thomas meninggal pada 1966 saat berusia 70 karena pendarahan otak tiba-tiba.