Liputan6.com, Jakarta Data World Health Organization (WHO) menunjukkan ada 108 juta penduduk dunia yang terinfeksi COVID-19 per 17 Februari 2021 pukul 12.00 WIB. Saat terinfeksi virus SARS-CoV-2 ada sekitar 60 persen yang alami gangguan penciuman dan rasa.
Fakta lain, sekitar 10 persen dari mereka yang melaporkan memiliki gangguan penciuman dan rasa karena COVID-19 hadir berkepanjangan. Itu artinya sekitar enam juga dan jumlahnya masih terus meningkat – memiliki gejala ini. Jadi, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?
Baca Juga
Sekelompok pakar internasional, baru-baru ini meninjau bukti-bukti yang sudah ada dan mendiskusikan mengenai rekomendasi penanganan gangguan penciuman jangka panjang yang disebabkan virus SARS-CoV-2.
Advertisement
Salah satu pakar tersebut yakni Carl Philpott, seorang Professor of Rhinology and Olfactology, University of East Anglia, Inggris yang juga aktif badan amal Inggris untuk Gangguan Penciuman dan Rasa, Fifth Sense, menuliskan dalam artikel di The Coversation berikut ini.
Penanganan terbaik adalah melakukan pelatihan penciuman. Kami juga sepakat bahwa tetesan vitamin A dapat menjadi opsi penanganan yang dapat dipertimbangkan.
Kami juga merasa bahwa steroid mungkin tidak memiliki peran dalam penanganan gangguan, tapi mungkin bisa membantu menangani masalah yang lain, seperti rinitis yang menyumbat hidung.
Walaupun kemungkinan pilihan-pilihan lain telah dieksplorasi dalam penelitian terdahulu, standar emas ilmiah – yaitu, uji acak terkontrol – masih belum dipakai untuk menguji pilihan-pilihan tersebut.
Â
Pelatihan Penciuman
Pelatihan penciuman adalah terapi yang telah dilakukan oleh banyak ahli di bidang gangguan penciuman (olfaktolog). Pelatihan ini memiliki kelebihan tidak menyebabkan efek berbahaya bagi mereka yang melakukannya. Pelatihan ini juga merupakan penanganan yang tidak memerlukan resep obat, murah dan bisa dilakukan dengan mudah di rumah.
Beberapa studi yang dilakukan pada satu dekade terakhir menunjukkan bahwa paparan berulang dalam jangka pendek terhadap bau-bau dapat membantu mereka yang telah kehilangan indra penciuman mereka.
Mereka yang telah kehilangan indra penciuman mereka karena virus – seperti flu biasa – khususnya telah merasakan manfaat pengobatan ini.
Namun, kami masih belum tahu apakah pelatihan penciuman juga bisa mengatasi kehilangan penciuman karena COVID-19; secara umum seharusnya manfaat yang dirasakan tidak berbeda.
Cara tradisional untuk pelatihan penciuman menggunakan empat bau: cengkeh, mawar, lemon, dan kayu putih.
Namun, terdapat banyak barang-barang berbeda di rumah yang bisa menyediakan cakupan beberapa bau - sehingga orang-orang bisa memilih bau yang menurut mereka menyenangkan atau memiliki kedekatan bagi mereka.
Kulit lemon dan jeruk, pala, cengkeh, mint, kayu putih, kopi bubuk, kelapa, dan vanila adalah barang-barang umum yang dapat digunakan. Panduan yang baik untuk teknik ini bisa ditemukan dalam situs amal Fifth Sense.
Advertisement
Cara Kerja
Pelatihan penciuman merangsang pergantian sel saraf khusus dan membantu memulihkan indera penciuman. Beberapa penelitian menemukan bahwa perubahan pada bagian otak penciuman bisa juga terjadi.
Penelitian lebih baru menganjurkan bahwa empat bau yang digunakan dalam pelatihan penciuman harus diubah setiap 12 minggu.
Hasil dari pendekatan baru ini menunjukkan bahwa pemulihan indera penciuman yang lebih baik bisa tercapai. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pelatihan penciuman yang berlanjut lebih lama – dalam hitungan minggu –lebih baik. Jadi, kita perlu meneruskan latihan karena hasilnya tidak instan.
Pada akhirnya, mereka yang mengalami gejala berkepanjangan mungkin perlu mencari nasihat medis lebih lanjut dari dokter mereka atau mencari rujukan ke klinik spesialis, terutama jika mereka mengalami gangguan penciuman yang menyakitkan yang disebut sebagai parosmia.
Meski demikian, pelatihan penciuman adalah awal pemulihan yang mudah dan sederhana.