Sukses

Positivity Rate COVID-19 Tinggi, Menkes Budi: Laboratorium Terkendala Pelaporan Data

Positivity rate COVID-19 tinggi, Menkes Budi sampaikan ada laboratorium yang sulit akses sistem pelaporan data.

Liputan6.com, Jakarta Terkait positivity rate COVID-19 Indonesia tinggi, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, salah satu penyebab terdapat kendala dalam pelaporan data oleh laboratorium pemeriksa spesimen. Akibatnya, data yang masuk ke pusat belum semua terkumpul.

"Ada beberapa hipotesis yang terindikasi positivity rate COVID-19 tinggi. Ada lab yang belum bisa memasukkan semua data, terutama data (hasil) yang negatif (COVID-19)," jelas Budi saat konferensi pers 'Penjelasan Menteri Kesehatan mengenai Positivity Rate COVID-19' pada Rabu, 17 Februari 2021.

Menanggapi pelaporan data COVID-19 dari laboratorium, Kementerian Kesehatan mengecek kendala di lapangan. Sejumlah penyebab yang dialami lab, seperti sulit mengakses sistem aplikasi untuk pelaporan data hasil COVID-19.

"Kami sudah mengecek ke masing-masing lab. Kendalanya itu susah masuk ke aplikasi sistem pelaporan data, respons sistem, lambat. Kemudian juga user interface-nya masih agak terlalu rumit," lanjut Budi Gunadi.

"Soal kendala tadi, kami sudah melakukan perbaikan sehingga minggu ini, aplikasi yang baru sudah online dan bisa dipakai oleh seluruh lab. Harapannya, agar semua data, baik positif maupun negatif bisa masuk dengan lebih cepat dan dilakukan otomatis."

Adapun perkembangan COVID-19 nasional per Selasa, 16 Febuari 2021, jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 28.167, yang mana konfirmasi positif COVID-19 bertambah 10.029 orang. Angka positivity rate menjadi 35,60 persen.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Data yang Masuk ke Kemenkes Lebih Banyak Konfirmasi Positif

Budi Gunadi menambahkan, hasil tes negatif COVID-19 rupanya belum langsung dikirim ke pusat, sehingga data yang diterima Kemenkes lebih banyak data terkonfirmasi positif.

"Kenapa data negatif tidak dimasukkan? Sesudah kami cek ke beberapa rumah sakit dan laboratorium. Karena jumlah datanya demikian banyak juga user interface atau cara memasukkan ke sistem aplikasi masih rumit. Ini mengakibatkan banyak lab yang memasukkan data positif," tambahnya.

"Jadi, data yang negatif yang tidak dimasukkan. Karena menurut mereka yang penting data psoitif yang dimasukkan agar biar cepat diisolasi (ditangani)."

Perbaikan sistem aplikasi pelaporan data COVID-19 sudah diperbaiki Kemenkes. Pelaporan data pun bisa dimasukkan menggunakan via dokumen Excel.

"'Dengan demikian akan memudahkan semua rumah sakit, lab, dan fasilitas kesehatan untuk memasukkan laporannya. Bisa otomatis langsung dengan Excel. Sehingga nanti data yang masuk lebih banyak dan lebih, termasuk data yang negatif sudah dites. Upaya ini akan merefleksikan positivity rate yang sebenarnya," imbuh Budi.

Positivity rate adalah perbandingan jumlah kasus konfirmasi positif COVID-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.

3 dari 3 halaman

Infografis Seberapa Sering Harus Ikuti Tes Covid-19?