Liputan6.com, Jakarta Rasio kasus positif atau positivity rate kasus COVID-19 harian mencapai 38,34 persen pada Selasa, 16 Februari 2021. Lalu, sejak Sabtu, 13 Februari 2021 angka positivity rate harian COBID-19 sealu d atas 25 persen.
Terkait tingginya positivity rate harian COVID-19, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bukan karena jumlah orang yang dites COVID-19 sedikit. "Sesudah kita lihat (data) tidak demikian."
Baca Juga
Sambil memperlihatkan data, Budi menyampaikan bahwa selalu di setiap liburan positivity rate COVID-19 memperlihatkan pola yang sama yakni tinggi. Termasuk saat libur panjang Imlek 2021 dan beberapa hari sesudahnya. Seperti pada awal Januari lalu akhir pekan di Januari memperlihatkan positivity rate yang tinggi.
Advertisement
"Jumlah tesnya turun, kemudian positivity rate naik. Demikian, begitu terus, termasuk saat Imlek. Itu pola yang sama, setiap saat libur positivity rate itu tinggi," kata Budi dalam konferensi pers daring, Rabu (17/2/2021).
Budi pun mengakui tidak hanya di hari libur yang selalu dengan positivity rate tinggi, pada hari biasa rasio kasus positif COVID-19 di Indonesia tinggi. "Kisaran 20 persen ini masih tinggi, yang bagus itu di bawah 5," katanya.
Â
Simak Juga Video Berikut
Positivity Rate Tinggi Tidak Terkait dengan Tingginya Jumlah Orang Positif COVID-19
Budi menekankan positivity rate yang tinggi pekan ini tidak terkait dengan tingginya jumlah orang yang positif COVID-19. Hasil analisis yang dilakukan Kementerian Kesehatan bahwa terjadi penurunan jumlah kasus harian, hal ini bukan hanya terjadi empat hari terakhir tapi dua minggu lalu.
"Virus ini sifatnya 14 hari mati dengan sendirinya, jadi kasus menurun. Yang terjadi adalah puncak dari kasus konfirmasi libur Natal dan Tahun Baru sudah terlampauai sehingga confirmed case turun," kata Budi.
Selain itu, penurunan jumlah kasus terkonfirmasi terjadi karena efek dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). "Ini juga mengakibatkan kasus konfirmasi turun."
Penurunan kasus juga sejalan dengan data jumlah pasien di rumah sakit. Data memperlihatkan bahwa ada penurunan jumlah pasien COVID-19 yang di rumah sakit."Baik kasus konfirmasi maupun pasien yang masuk ke RS sudah turun. Turunnya bukan empat hari terakhir saat jumlah tes kita turun, tetapi sudah dari dua minggu lalu," katanya.
Sehingga, kemungkinan positivity rate yang tinggi karena data orang yang sudah negatif tidak dikirimkan dari laboratorium. Hal ini karena kerumitan memasukkan data ke sistem aplikasi.Â
"Kami mengamati banyak data mengamati banyak data tes PCR negatif tidak langsung dikirm ke pusat. Sehingga data yang diterima lebih banyak yang positif," katanya.
Alasan tidak langsung dikirim data terbaru karena petugas lab memilih memasukkan data positif daripada negatif COVID-19.
Â
Advertisement