Sukses

Stok Plasma Konvalesen COVID-19 Sedikit, Menko Muhadjir Ungkap Kendalanya

Stok plasma konvalesen COVID-19 sedikit, Menko Muhadjir ungkap kendalanya.

Liputan6.com, Surabaya Stok plasma konvalesen untuk pasien COVID-19 masih sedikit, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mengungkap kendala yang dihadapi di berbagai daerah.

Penyebab utama adalah kesulitan mencocokkan golongan darah antara pendonor dengan pasien COVID-19 sebagai penerima donor plasma konvalesen. Secara nasional, saat ini hanya 159 kantong plasma dengan berbagai macam jenis golongan darah.

Sementara itu, pasien COVID-19 yang antre mendapatkan donor plasma konvalesen ada 626 orang dan yang sudah didistribusikan (plasma konvalesen) mencapai 17.133 kantong.

"Stok plasma kita masih sangat kurang. Karena itu, kita sedang kampanye besar-besaran untuk menarik para penyintas COVID-19 agar bersedia mendonorkan plasmanya," tutur Muhadjir saat memantau kegiatan donor plasma konvalesen di Kantor PLN Kota Surabaya dan UDD PMI Kota Surabaya, Jawa Timur, ditulis Minggu (21/2/2021).

Terapi plasma konvalesen diyakini efektif dalam upaya penyembuhan pasien COVID-19. Berdasarkan laporan dari rumah sakit yang telah melaksanakan terapi plasma konvalesen, efektivitas plasma terhadap pasien COVID-19 bergejala ringan hingga sedang bisa mencapai hampir 100 persen.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Pelaksanaan Terapi Plasma Konvalesen Harus Tepat

Untuk pelaksanaan terapi plasma konvalesen, menurut Muhadjir Effendy harus tepat agar memeroleh hasil yang efektif.

"Saya meminta kepada petugas kesehatan untuk tidak menunda-nunda pasien COVID-19 mendapatkan plasma. Jangan ditunggu sampai (gejala) berat, baru kemudian diplasma, apalagi sudah kritis," katanya melalui keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

Apabila kondisi pasien COVID-19 sudah kritis, terlebih sampai melampaui badai sitokin kemungkinan pemberian terapi plasma konvalesen menjadi tidak efektif. Badai sitokin merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh atau imun.

Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh yang punya berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel. Ketika virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.

Lalu sitokin bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel untuk memicu reaksi peradangan.

"Jadi, diupayakan apabila (pasien COVID-19) sudah ada gejala sedang harus segera diinfus, dibantu dengan plasma. Insha Allah, hasilnya bagus," tegas Muhadjir.

3 dari 4 halaman

Distribusi Plasma Konvalesen Berlaku Nasional

Muhadjir Effendy menyebut, selain DKI Jakarta, Kota Surabaya memiliki angka jumlah pendonor plasma konvalesen paling tinggi.

Hal itu didukung ketersediaan alat yang cukup, yaitu 4 unit alat plasma konvalesen, sehingga memudahkan pendonor memeroleh akses.

Untuk pengaturan distribusi stok plasma konvalesen berlaku secara nasional. Misal, stok plasma konvalesen di Kota Surabaya bisa didistribusikan untuk membantu pasien COVID-19 di luar Pulau Jawa.

"Pengadaan (plasma konvalesen) agar diatur lebih baik supaya tidak terjadi keterlambatan. Begitu pun dengan alat yang belum merata, akan kami sebar supaya merata, terutama di luar Pulau Jawa," pungkas Muhadjir.

4 dari 4 halaman

Infografis 6 Kriteria Penyintas Covid-19 Donor Plasma Konvalesen