Liputan6.com, Jakarta - Vaksinasi COVID-19 bagi guru, tenaga kependidikan, dan dosen telah berjalan sejak Rabu 24 Februari. Hall ini membawa harapan baru terkait kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.
Menanggapi hal tersebut Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) Dr. Ir. Netty Herawati. M.Si. mengatakan bahwa pembelajaran tatap muka adalah hal yang diinginkan oleh para orangtua, murid, dan guru PAUD.
Baca Juga
“Kalau soal keinginan para lembaga PAUD itu memang inginnya kan buka tatap muka jadi mereka ya memang 90 persen sangat senang kalau bisa tatap muka,” ujar Netty kepada Health-Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat (26/2/2021).
Advertisement
“Kalau soal kesiapan, kita sudah menyiapkan mereka agar mereka dapat menjalankan protokol COVID-19. Bahkan, sebenarnya sekarang sudah banyak (PAUD) yang buka juga kan.”
Terlebih, belajar secara daring memicu berbagai kesulitan bagi siswa, orangtua, dan guru PAUD. Kendala utama yang dirasakan adalah banyaknya orangtua merasa jika sekolah tidak dilakukan secara tatap muka maka itu bukan sekolah.
“Yang kedua, kalau secara daring, yang menjalankan pembelajaran kan keluarga dan kebanyakan keluarga enggak siap menjalankan itu.”
“Yang ketiga memang anak-anak inginnya pembelajaran tatap muka ketemu sama gurunya makanya ada yang sampai malam nangis-nangis minta datang ke sekolah pengen sekolah. Jadi pendidikan itu menurut mereka ya tatap muka.”
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Video Berikut Ini
Penurunan Jumlah Pendaftar
Pembelajaran secara daring turut berpengaruh pada turunnya jumlah pendaftar PAUD. Menurut Netty, data pokok peserta didik (DAPODIK) menunjukkan bahwa penurunan pendaftar PAUD menurun drastis.
Penurunan tersebut terhitung dari 6,69 juta menjadi 4,8 juta murid PAUD. Penurunan jumlah pendaftar ini diperkirakan akibat orangtua yang lebih memilih menunda pendaftaran ketimbang mendaftar tapi tidak ada pembelajaran tatap muka bagi anak, kata Netty.
Selain itu, banyaknya lembaga yang tutup turut menjadi indikator penurunan jumlah pendaftar. Menurut Netty, dari 96 lembaga hanya tersisa 35 yang masih buka.
Netty menambahkan, di Pekanbaru, Riau, beberapa Tempat Penitipan Anak (TPA) sudah mulai dibuka dan kini taman bermain pun sudah dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
“Kita menerapkan protokol yang ketat, anak-anak yang belajar pun dibatasi dan dibagi jadwalnya. Pembelajaran dalam satu hari berjalan 2 hingga 3 jam saja dengan pembagian shift pagi dan siang,” tutupnya.
Advertisement