Liputan6.com, Jakarta Satu tahun sudah semenjak COVID-19 pertama kali dilaporkan di Indonesia. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan untuk dapat mengendalikan pandemi virus Corona COVID-19 di Tanah Air.
Dalam sebuah Rapat Koordinasi Satgas COVID-19 beberapa waktu lalu, Ketua Satgas Doni Monardo menargetkan Indonesia dapat mengendalikan pandemi pada 17 Agustus 2021.
Baca Juga
"Target kita adalah pada perayaan 17 Agustus yang akan datang, kita bebas dari COVID-19. Artinya, COVID-19 betul-betul dalam posisi bisa dikendalikan," kata Doni pada Februari lalu.
Advertisement
Sebuah analisis dari Bloomberg beberapa waktu lalu, menyebutkan bahwa butuh 10 tahun bagi Indonesia untuk mencapai kekebalan kelompok dari COVID-19. Hasil ini didapat dari melalui Bloomberg Vaccine COVID-19 Tracker Global Distribution yang diperbarui 9 Februari 2021.
Bloomberg menyebut angka vaksinasi COVID-19 di Indonesia saat itu rata-rata 58.772 dosis per hari. Pada angka ini, dibutuhkan lebih dari 10 tahun untuk mencapai kekebalan kelompok, yang mencakup 75 persen populasi penduduk dengan penyuntikkan dua dosis vaksin COVID-19.
Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Ari Fahrial Syam mengatakan, analisis Bloomberg tersebut tentunya tidak akan terjadi.
"Kalau sekarang kan ada percepatan. Kalau itu kan karena kemarin sebelumnya, waktu registrasi naiknya sedikit-sedikit," kata Ari saat dihubungi oleh Health Liputan6.com.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Mencapai Kekebalan Kelompok dalam Waktu Dekat
Presiden Joko Widodo sendiri meminta agar Kementerian Kesehatan mampu mempersingkat target vaksinasi virus corona, yang semula 15 bulan menjadi 12 bulan.
Ari Fahrial mengatakan, tercapai atau tidaknya target itu juga tergantung kedatangan vaksin di Indonesia. "Kalau memang vaksin bisa datang on time. Ini kan produksi jalan terus, di luar negeri pun juga begitu," ujarnya.
Ari pun mengatakan, pemerintah perlu menjaga agar pengadaan dan distribusi vaksin COVID-19 tetap konsisten. Selain itu, upaya 3T juga harus terus menerus dilakukan.
"Bagi masyarakat tetap ingat kita masih berada dalam pandemi. Kita masih tetap harus 3M," katanya.
Sementara, menurut Pandu Riono, epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, herd immunity atau kekebalan kelompok tidak mungkin bisa selesai dalam waktu cepat.
"Semua orang bicara herd immunity tetapi tidak tahu apa artinya," kata Pandu. "Karena tidak ada yang tahu itu, seakan-akan itu kondisi yang mudah dicapai dan kita akan bebas COVID. Padahal tidak."
Pandu menegaskan vaksinasi hanya satu cara tambahan untuk mengatasi pandemi dalam jangka panjang, bukan jangka pendek.
"Kalau masih jangka pendek itu salah. Swasta juga ketipu kalau dia hanya mau vaksinasi karyawannya nanti bisa langsung pemulihan ekonomi. Tidak. Mereka harus tetap 3M, pelacakan kasus dan testing juga harus tetap berjalan."
Advertisement
Mengendalikan, Bukan Membebaskan
Menurut Pandu, sasaran vaksinasi juga seharusnya bisa realistis. "Sasaran realistis vaksinasi adalah untuk menekan kematian dan menekan angka perawatan di rumah sakit, supaya rumah sakit tidak kolaps."
Untuk menekan kedua faktor itu, maka sasaran prioritas seharusnya disesuaikan berdasarkan usia, selain tentunya yang pertama adalah tenaga kesehatan.
"Lansia itu harus dituntaskan. Karena dia yang berdampak besar untuk menurunkan angka perawatan dan kematian," katanya. "Mungkin juga boleh dikombinasikan dengan wilayah yang penularannya tinggi, itu kita mulai vaksinasi."
Pandu mengatakan, dalam waktu dekat tidak akan ada negara yang benar-benar bebas dari COVID-19.
"Karena virus ini bermutasi terus. Di Indonesia saja sudah ada mutasinya cukup tinggi. Cuma tidak ditayangkan saja," katanya. "Makin banyak bermutasi, ya penularan makin sulit diatasi."
Pandu mengatakan, yang penting saat ini adalah berusaha keras dan maksimal dalam membangun sistem yang andal. "Sehingga yang penting bukan membebaskan Indonesia dari pandemi, tapi mengendalikan pandemi."
"Konsep kita adalah mengendalikan. Seperti negara negara lain. Di negara Asia yang belum melakukan vaksinasi, mereka aman-aman saja," ujar Pandu kepada Health Liputan6.com.
Pandu juga mengatakan bahwa penting bagi pemerintah untuk saat ini lebih berinvestasi di sistem kesehatan masyarakat. Hal ini juga demi menghadapi pandemi lain yang mungkin akan terjadi di masa depan.
"Ini kesempatan bagi Presiden Jokowi, supaya dia dikenang seumur hidup, adalah membangun sistem. Sistem surveilans, sistem penanganan pelayanan primer, rumah sakit. Jadi sistem kesehatan publiknya harus dibenahi."
Infografis Karantina Terbatas RT-RW Tekan Kasus Covid-19, Seperti Apa?
Advertisement