Sukses

Ilmuwan Ungkap Alasan Virus Corona COVID-19 Lebih Mudah Menular Ketimbang SARS

Ilmuwan melakukan studi pada spike protein dua jenis virus corona, untuk mengetahui kemungkinan COVID-19 lebih mudah menular daripada SARS

Liputan6.com, Jakarta Penularan virus Corona SARS-CoV-2 yang lebih cepat daripada virus corona jenis lain seperti penyebab SARS, ditengarai menjadi penyebab pandemi COVID-19 berdampak lebih parah.

Para peneliti di University of Arkansas, Amerika Serikat menemukan satu alasan yang membuat virus Corona penyebab COVID-19, jauh lebih menular ketimbang pendahulunya yaitu SARS-CoV-1, penyebab wabah SARS di 2003.

Dikutip dari Live Science pada Jumat (5/3/2021), para peneliti studi ini berfokus pada protein lonjakan atau spike protein, struktur yang memungkinkan virus untuk mengikat dan memasuki sel manusia.

Mahmoud Moradi, penulis senior studi, assistant profesor of physical chemistry and biochemistry di University of Arkansas menjelaskan, sebelum dua jenis virus Corona tersebut terikat, mereka mengubah spike protein dari mode "tidak aktif" menjadi "aktif."

Simulasi molekuler dari dua virus Corona ini menunjukkan, SARS-CoV-2 dapat lebih mudah untuk tetap dalam keadaan aktif dan mempertahankan posisi ini. Sementara, SARS-CoV-1 dengan cepat berganti antara dua mode ini, sehingga memberikan lebih sedikit waktu untuk mengikat ke sel.

"Kami menemukan dalam simulasi ini bahwa SARS-CoV-1 dan SARS-CoV-2 memiliki cara yang sangat berbeda untuk mengubah bentuknya, dan pada skala waktu yang berbeda," kata Mahmoud Moradi seperti dikutip dari EurekAlert.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

SARS-CoV-2 Lebih Stabil

Moradi melanjutkan, SARS-CoV-1 bergerak lebih cepat antara mode aktif dan non-aktif. Hal ini tidak memberinya banyak waktu untuk menempel di sel manusia karena tidak stabil.

"SARS-CoV-2 di sisi lain, stabil dan siap digunakan untuk menyerang," kata Moradi melanjutkan.

Dia menambahkan, ada bagian di ujung spike protein yang sebagian besar diabaikan dalam banyak studi, yang dikenal dengan N-terminal domain (NTD).

Menurut Moradi, bagian ini kelihatannya penting dalam stabilitas protein, yang mungkin mempengaruhi penularan. Mutasi di bagian ini bisa mempengaruhi transmisi sehingga dinilai perlu diperhatikan.

Studi ini kemungkinan bisa memiliki implikasi pada terapi COVID-19 di masa depan. "Kita bisa merancang terapi yang mengubah dinamika (spike protein) dan membuat keadaan tidak aktif lebih stabil, sehingga mendorong penonaktifan SARS-CoV-2. Itu adalah strategi yang belum diadopsi."

Moradi dan rekan-rekannya sendiri saat ini tengah memulai penelitian pada varian SARS-CoV-2 yaitu B117. Mereka mencoba mencari tahu apakah ada perbedaan dalam pergerakan serupa pada mutasi ini.

3 dari 3 halaman

Infografis Waspada Varian Corona B117 Terdeteksi di Indonesia