Liputan6.com, Jakarta Sejumlah negara Eropa menangguhkan sementara penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca usai dilaporkannya beberapa kasus pembekuan darah pada penerima vaksin tersebut.
Regulator obat Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA) telah menerima laporan tersebut, dan sedang dalam proses investigasi. Namun, mereka mengatakan bahwa saat ini tidak ada indikasi kasus terkait dengan vaksin.
Baca Juga
Mengutip dari The Guardian pada Jumat (12/3/2021), kejadian ini bermula setelah Denmark, Norwegia, dan Islandia, menangguhkan penggunaan vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca untuk menyelidiki kasus tersebut.
Advertisement
Beberapa negara lalu menyusul penangguhan tersebut seperti Italia, Austria, Estonia, Latvia, Luxembourg, dan Lithuania. Mereka menghentikan inokulasi menggunakan satu batch tertentu, yang terdiri dari satu juta vaksin COVID-19 yang dikirim ke 17 negara.
Mengutip AP News, otoritas kesehatan Denmark mengatakan keputusan ini "didasarkan prinsip kehati-hatian" dan satu kasus dimana pasien yang mengalami pembekuan darah usai vaksinasi, meninggal dunia.
"Saat ini tidak dapat disimpulkan apakah ada hubungan antara vaksin dengan pembekuan darah," kata otoritas setempat. Mereka juga tidak mengungkapkan apakah pasien itu memiliki penyakit bawaan, serta tidak memberikan rincian lain.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Regulator Obat Eropa Tengah Menyelidiki
Dalam pengumuman di laman resminya, EMA juga menyebut sudah mengetahui penghentian vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca di Denmark, serta di beberapa negara Uni Eropa.
"Saat ini tidak ada indikasi bahwa vaksinasi menyebabkan kondisi tersebut, yang tidak terdaftar sebagai efek samping dari vaksin ini," tulis EMA.
Mereka mengatakan, komite keamanan Pharmacovigilance Risk Assessment Committee (PRAC) juga masih menyatakan bahwa manfaat vaksin melebihi risikonya, dan "vaksin dapat terus diberikan sementara penyelidikan kasus tromboemboli sedang berlangsung."
EMA juga menyebut bahwa jumlah kasus tersebut pada penerima vaksin, tidak lebih tinggi dari jumlah yang terlihat di populasi umum.
"Pada 10 Maret 2021, 30 kasus peristiwa tromboemboli telah dilaporkan, di antara hampir 5 juta orang yang divaksinasi dengan Vaksin COVID-19 AstraZeneca di Wilayah Ekonomi Eropa," kata mereka.
Advertisement
Respons Pemerintah Inggris
Pengembang vaksin AstraZeneca, yang bekerja sama dengan Oxford University, menegaskan bahwa keamanan vaksin telah dipelajari secara ekstensif dalam uji coba pada manusia, serta telah ditinjau oleh sejawat.
Hal ini mengonfirmasi bahwa vaksin mereka aman dan dapat ditoleransi dengan baik. "Tidak ada efek samping serius yang dikonfirmasi terkait dengan vaksin", kata pihak AstraZeneca.
Pemerintah Inggris juga membela penggunaan vaksin tersebut, dan melanjutkan akan tetap melanjutkan vaksinasi.
"Sudah jelas ini aman dan efektif ..., dan saat orang diminta maju dan menerimanya, mereka harus melakukannya dengan percaya diri," kata juru bicara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Phil Bryan, kepala badan pengawas obat Inggris, Medicines and Healthcare products Regulatory Agency juga mengatakan, laporan pembekuan darah sejauh ini tidak akan melebihi apa yang akan terjadi secara alami, pada populasi yang divaksinasi.
"Bukti yang ada tidak memastikan bahwa vaksin adalah penyebabnya," kata Bryan.
Kata Para Ahli
Bharat Pankhania, pakar penyakit menular di University of Exeter, Inggris, mengatakan bahwa penggumpalan darah cenderung menjadi "peristiwa yang terpisah dan tidak berhubungan" dengan vaksin COVID-19.
"Vaksin telah diberikan kepada beberapa juta orang di seluruh dunia dan kami belum memiliki laporan serupa tentang pembekuan yang disebabkan oleh vaksin," katanya.
Sementara Hendrik Streeck, ahli virus di University of Bonn, Jerman, mengatakan bahwa keputusan penangguhan vaksinasi dengan vaksin tersebut oleh Denmark, sudah dilakukan dengan tepat.
"Tidak jelas apa penyebabnya, itulah mengapa vaksinasi dihentikan untuk saat ini," kata Streeck. Ia menyebut, dalam kasus yang sangat jarang, mungkin ada masalah di batch tertentu.
"Kita tidak ingin membahayakan siapa pun, tapi saya tidak khawatir," katanya.
"Hal yang sudah tepat dilakukan di Denmark."
Advertisement