Liputan6.com, Jakarta Regulator obat Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), mengatakan bahwa mereka masih melakukan investigasi terkait laporan pembekuan darah yang dialami beberapa penerima vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Dalam siaran pers di laman resmi EMA, dikutip Selasa (16/3/2021), mereka mengatakan bahwa peristiwa yang terkait pembekuan darah, beberapa dengan fitur yang tidak biasa seperti jumlah trombosit yang rendah, memang dilapokran terjadi pada sejumlah kecil penerima vaksin.
Baca Juga
Namun, mereka mengatakan bahwa ribuan orang di Uni Eropa mengalami pembekuan darah setiap tahunnya, dengan berbagai alasan.
Advertisement
"Jumlah kejadian tromboemboli secara keseluruhan pada orang yang divaksinasi tampaknya tidak lebih tinggi daripada yang terlihat pada populasi umum," tulis EMA.
EMA menyatakan mereka telah bekerja sama dengan pihak perusahaan, para ahli di bidang kelainan darah, serta otoritas kesehatan lain termasuk regulator obat di Inggris.
Mereka menyebut investigasi akan terus berlanjut selama akhir pekan, dan analisis yang cermat terhadap semua data terkait peristiwa tromboemboli akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang.
Menurut EMA, para ahli akan melihat dengan rinci semua data yang tersedia, serta keadaan klinis terkait kasus tertentu, untuk menentukan apakah vaksin COVID-19 AstraZeneca mungkin berkontribusi, atau apakah laporan itu disebabkan oleh penyebab lain.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Manfaat Masih Lebih Besar Daripada Efek Samping
Komite Keamanan EMA juga melakukan peninjauan lebih lanjut pada hari Selasa, 16 Maret 2021 waktu setempat, serta akan mengadakan pertemuan luar biasa pada Kamis, 18 Maret waktu setempat.
EMA mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 adalah krisis global dengan dampak kesehatan, sosial, ekonomi, serta menjadi beban utama bagi sistem kesehatan. Maka dari itu, vaksin membantu melindungi individu agar tidak jatuh sakit, terutama tenaga kesehatan dan populasi yang rentan.
"Sementara penyelidikannya sedang berlangsung, EMA saat ini tetap berpandangan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca dalam mencegah COVID-19, terkait dengan risiko rawat inap dan kematian, lebih besar daripada risiko efek samping," kata mereka.
Selain itu, apabila penerima vaksin mencurigai bahwa mereka mengalami efek samping usai vaksinasi, diminta untuk segera melaporkannya ke regulator obat nasional, atau tenaga kesehatan yang dapat menanganinya.
Sementara menurut Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi persnya Senin waktu Jenewa, Swiss, penangguhan penggunaan vaksin AstraZeneca di beberapa negara dilakukan sebagai tindakan pencegahan.
"Ini tidak berarti kejadian-kejadian ini terkait dengan vaksinasi, tetapi merupakan praktik rutin untuk menyelidikinya, dan ini menunjukkan bahwa sistem pengawasan berfungsi dan bahwa pengendalian yang efektif telah diterapkan," kata Tedros.
Advertisement