Sukses

Menhub Tak Larang Mudik Lebaran 2021, Epidemiolog: Itu Riskan dan Berbahaya

Epidemiolog menyatakan bahwa ada risiko dan bahaya di balik tidak ada larangan mudik Lebaran. Mulai dari ledakan kasus hingga bertambahnya angka kematian karena COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi yang menyampaikan bahwa pemerintah tidak melarang mudik Lebaran 2021 meski pandemi COVID-19 belum usai. Terkait hal ini, epidemiolog Dicky Budiman menyatakan bahwa ada risiko dan bahaya di balik tidak adanya pembatasan mobilitas ini. 

"Ini sebetulnya riskan dan berbahaya ketika dalam situasi pandemi belum terkendali," kata Dicky dalam pesan suara kepada Liputan6.com.

Ketika pandemi belum terkontrol lalu tidak ada pembatasan mobilitas, mudik Lebaran, bisa meningkatkan risiko penularan. Terlebih pada saat ini ada ancaman varian baru virus Corona yang lebih cepat menular B117 serta varian lain yang belum terdeteksi.

"Mobilitas yang tidak dibatasi tentu sangat berbahaya dan berisiko terjadinya penularan lebih cepat, ledakan kasus dan berakibat pada jumlah kematian," tegas pria yang juga peneliti dari Griffith University Australia ini.

Pria berkaca mata ini menyayangkan mengenai masih lemahnya sistem deteksi kasus COVID-19 di Indonesia. Terlihat dari angka tes kasus COVID-19 yang belum memadai terlihat dari angka laporan kasus.

"Namun, dampak nyata terlihat seperti banyak orang yang sakit dan banyak orang meninggal walaupun tidak diketahui kaena apa. Ini tentu suatu kerugian bagi masyarakat dan semua sehingga sangat penting untuk membatasi pergerakan," katanya. 

Dicky juga mengingatkan meski program vaksinasi COVID-19 sudah berjalan tapi masih sedikit dari total target sasaran. Selain itu, vaksinasi pun tidak serta merta menghilangkan ancaman dari penularan virus SARS-CoV-2.

"Bila sudah divaksin pun tidak boleh serta merta ke sana dan sini karena tidak menghilangkan kewajiban tes. Lalu, vaksinasi belum menghilangkan ancaman secara keseluruhan dari potensi penularan."

2 dari 3 halaman

Perkuat 3T, Kencangkan 5M

Dicky mengingatkan, bila pemerintah ingin masyarakat memiliki libur yang aman dan tenang berarti mesti memperkuat strategii 3T (test, tracing, treatment). Dengan 3T yang diperkuat maka usaha Indonesia memiliki positivity rate di bawah lima persen sebagai tanda pandemi terkontrol itu bisa terwujud.

"Kalau itu tidak dilakukan akan selalu berisiko," kata Dicky.

Peran serta dalam menekan laju penularan COVID-19 tidak hanya dari pemerintah juga masyarakat yang disiplin dalam menjalankan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas).

3 dari 3 halaman

Infografis

Video Terkini