Liputan6.com, Jakarta - Serda Aprilia Manganang resmi menyandang nama baru, yaitu Aprilio Perkasa Manganang. Tag nama baru disematkan KSAD Jenderal TNI, Andika Perkasa, usai Pengadilan Negeri (PN) Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, mengabulkan permohonan pergantian jenis kelamin Manganang menjadi pria pada Jumat, 19 Maret 2021.
Berdasarkan pantauan News Liputan6.com, Serda Aprilia Manganang pun tak kuasa menahan air matanya. Saat hakim memberikan kesempatannya berbicara, Manganang, mengatakan,"Puji Tuhan Yesus saya bisa melewati semua ini.".
Baca Juga
Banyak video terkait pergantian nama baru Serda Manganang bertebaran di media sosial, termasuk di TikTok.
Advertisement
Sekitar empat jam yang lalu, akun TikTok @manganang_fans menggunggah sebuah video yang memerlihatkan Serda Aprilia Manganang menangis saat majelis hakim menyebut nama barunya.
Namun, ada sepenggal perkataan hakim yang sebenarnya tak perlu diucapkan.
"...Nama menjadi Aprilio Perkasa Manganang... Jangan menangis. Laki-laki sekarang, toh? Selamat. Lebih maju ke depan," kata Majelis Hakim.
Sidang perubahan status jenis kelamin dan pergantian nama Serda Aprilia Manganang dilakukan secara virtual di Markas Besar (Mabes) TNI AD, Jakarta.
Â
Simak Video Nama Baru Serda Aprilia Manganang
Memang Salah Jika Serda Aprilia Manganang yang Sekarang Pria Menangis?
Mengetahui hal tersebut, Psikolog Oktina Burlianti menyayangkan munculnya perkataan seperti itu kepada Manganang. Memang salah jika seorang pria menangis?
"Kita lihat dari sisi emosi, ya. Emosi manusia macam-macam. Tidak hanya bahagia, tidak hanya sedih, tapi ada juga emosi takut, emosi kecewa, dan emosi frustasi. Manusia punya emosi sebenarnya ada fungsinya, lho," kata Oktina saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Jumat sore, 19 Maret 2021.
Ada pun fungsinya, lanjut Oktina, sebagai alarm bagi tubuh. Dia, mengatakan, mengabaikan tangisan sama dengan mengabaikan emosi. Seolah-olah manusia hanya boleh bahagia, tidak boleh bersedih.Â
"Padahal kan manusia boleh sedih. Kalau sedih itu menangis, ya enggak papa," ujarnya.
Akan tetapi jika dikaitkan dengan norma bahwa sebagai orang Timur pria itu tidak boleh menangis, 'beda cerita'.Â
"Berarti caranya yang harus diperhatikan. Kalau aku nih pada saat terapi, boleh menangis, tapi jangan di depan umum supaya tidak ada stigma. Apalagi dia yang kondisinya kebingungan gender, masyarakat sendiri belum paham akan hal tersebut," Oktina melanjutkan.
Jangan sampai gara-gara dia menangis, muncul omongan tidak enak dari orang-orang di sekitar dia seperti 'Jangan-jangan lo masih cewek?'.
"Yang mana sebenarnya teman-teman atau lingkungannya tidak boleh berbicara seperti itu. Lingkungan sebenarnya harus memberikan dukungan kayak misalnya 'Kamu sekarang laki-laki, kamu keren," katanya.
Â
Advertisement
Menangis Tidak Ada Kaitannya dengan Gender
Namun, perlu diingat bahwa menangis tidak ada kaitannya dengan gender. Mau pria atau wanita, menangis tidak dilarang.
"Menangis itu nggak papa. Mau dia menangis karena sedih atau bahagia, enggak papa," katanya.
"Tapi kalau terbentur norma, tetap menangis tapi jangan di depan umum," Oktina melanjutkan.
Menurut Oktina menangis adalah aktivitas yang bikin sehat. Sudah banyak penelitian mengenai manfaat menangis.
Ini juga berlaku untuk orangtua yang melarang anak laki-lakinya menangis. Oktina, mengingatkan, melarang seseorang menangis bisa membuatnya menjadi sosok yang egois. Mengapa? Karena dia tidak diizinkan merasakan emosinya, yang akhirnya menimbulkan banyak masalah dan membuat emosinya tumpul.
"Artinya begini, kita menuntut orang untuk berempati, tapi bagaimana si anak ini mau berempati ketika emosinya sendiri dibloking? Empati itu kan kecerdasaan emosional," ujarnya.
"Jadi, sebenarnya itu mematikan empati. Melarang anak menangis sama saja mematikan kecerdasaan emosi," ujarnya.Â
Â
Pentingnya Edukasi Kepada Lingkungan
Oktina saat ini juga menangani seorang pasien dengan kasus yang mirip sama Serda Aprilia Manganang. Bedanya, Manganang menjadi pria, klien Oktina dari pria menjadi wanita.
Oktina mengingatkan semua orang bahwa tidak mudah berada di posisi seperti Serda Aprilia Manganang. Tugas masyarakat, terutama keluarga dan lingkungan Manganang, tidak boleh melebel, tidak boleh menjadikan kondisi tersebut sebagai bahan bercandaan, dan harus memerkuat identitas dia.Â
"Jangan dibikin joking. Kalau dia laki-laki, terima dia sebagai laki-laki, enggak boleh ada omongan apa-apa. Nggak boleh ngomongin dia dari belakang, bisik-bisik, terus membuat ini jadi bahan bercandaan. Itu jahat lho," katanya.
Tugas kita, lanjut Oktina, adalah memberikan dukungan kepada dia supaya stabilitas mentalnya tidak terganggu. "Dia sendiri kan sedang mengalami kebingungan identitas. Itu ekstrem. Tanpa diduga-duga, tidak tahunya beda dengan dia selama tumbuh sebagai apa," ujarnya.
"Kalau dia masih kebingungan kita terima. Bukan berarrti dia masih perempuan atau bencong. Itu jahat banget. Ini kan sebenarnya disebut dengan interseks bukan transgender. Dibilang LGBT juga bukan. Banyak lho yang seperti ini, kasihan. Bahkan kalau pun transgender atau LGBT, enggak boleh dihina," ujarnya.
Â
Advertisement
Manfaat Menangis
Febryan KM dari Pijar Psikologi pernah menjelaskan manfaat dari menangis. Mengapa kita menangis? Sejak pertama kali menghirup napas di dunia manusia menangis. Bahkan, orangtua yang melihat kehadiran kita juga menyambut dengan tangis penuh bahagia. Lalu, mengapa setelah dewasa kita harus menahan tangis?
Secara fisiologi, air mata terbagi atas tiga jenis yaitu air mata basal, refleks, dan emosi. Air mata basal berfungsi melumasi, mememelihara, dan melindungi mata. Lalu, air mata releks berfungsi melindungi mata dari iritan seperti angin, asap, atau bawang. Jenis ketiga adalah air mata yang berasal dari emosi yang dihasilkan individu.
Menangis sering dikaitkan dengan sifat cengeng. Pada kenyataannya, semua orang dapat menangis sebagai respons fisik dari emosi yang dirasakan.
Menangis tak pernah mengenal gender, semua orang wajar dan berhak untuk meneteskan air mata. Sering juga perilaku ini diasosiasikan dengan hal negatif karena berhubungan dengan kesedihan.
Sebenarnya, menangis tak selalu terikat oleh perasaan sedih dan tertekan. Menangis dapat berasal dari emosi positif maupun negatif.Â
Manusia dapat menangis karena terharu bahagia ataupun karena tersakiti dan terabaikan. Bahkan, manusia tidak hanya menangis ketika tersakiti melainkan bisa menangis ketika menyakiti orang lain.
Tahukah kamu bahwa tangis bukan hanya sekedar ungkapan emosi? Lebih dari itu, tangis memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan psikis maupun fisik. Simak beberapa manfaat baik di balik tangis dan air mata.
1. Melepaskan emosi yang tertahan
Menangis dapat membantu seseorang melepaskan dan membebaskan emosi positif maupun negatif. Emosi tersebut akhirnya tersalurkan lewat kepuasan dan kelegaan seseorang setelah menangis. Menangis memberikan pelepasan emosional perasaan negatif, tekanan, dan frustrasi.
2. Mengurangi stres
Menangis dapat menurunkan hormon kortisol yang memicu stres. Terdapat juga beberapa unsur kimia dalam tangisan emosional seperti protein prolactin, adrenocorticotropic hormones, dan endorphin leucine-enkephalin, yang dapat mengurangi rasa sakit.
Menangis dapat memberikan perasaan lega, meskipun tidak akan mempengaruhi keaadaan sekitar. Menangis adalah cara yang aman dan efektif untuk mengatasi stres.
3. Membunuh bakteri
Air mata juga bisa menjadi cara yang baik untuk membunuh bakteri. Air mata mengandung cairan lyzozyme yang dapat membunuh 90-95 persen bakteri hanya dalam lima sampai 10 menit.
Sebuah studi menemukan bahwa air mata memiliki kekuatan antimikroba yang kuat dengan menghasilkan lyzozyme. Lysozyme dapat membunuh bakteri tertentu dengan menghancurkan dinding sel bakteri.