Sukses

Waspada, Henti Napas Saat Tidur Bisa Terjadi pada Anak

Dr. dr. Fauziah Fardizza, Sp.THT-KL(K) Staff Departemen divisi THT Laring Faring RSCM, mengatakan OSA pada anak beragam, tertidur dengan posisi tidak biasa, bernapas lewat mulut, mendengkur, sesak napas ketika tidur, berhenti napas, atau gelisah ketika tidur.

Liputan6.com, Jakarta - Gangguan tidur yang dapat mengakibatkan berhenti napas yang terjadi saat tidur, atau dikenal dengan istilah medis sebagai OSA (Obstructive Sleep Apnea) ternyata tidak hanya dapat dialami orang dewasa. Anak-anak juga bisa mengalami henti napas saat tidur.

Dr. dr. Fauziah Fardizza, Sp.THT-KL(K) Staff Departemen divisi THT Laring Faring RSCM, mengatakan OSA pada anak beragam bentuknya. Misalnya, tertidur dengan posisi tidak biasa, bernapas lewat mulut, mendengkur, sesak napas ketika tidur, berhenti napas, atau gelisah ketika tidur.

Dampak dari OSA yang dirasakan, anak menjadi mengantuk atau hiperaktif. Bahkan beberapa anak menjadi lebih suka marah-marah, mengamuk, mudah kesal, mengalami penurunan kualitas belajar di kelas, mengompol, atau mengalami tekanan darah tinggi.  

Penting bagi orang tua untuk mengetahui penyebab OSA pada anak. Hal ini dimaksudkan agar OSA dapat diantisipasi atau apabila sudah dialami dapat segera ditangani sehingga tidak terjadi komplikasi.

“Penyebab yang paling sering ditemui adalah mouth breather (bernapas lewat mulut), gangguan pada amandel dan tonsil. Komplikasi OSA menyebabkan gagal tumbuh pada anak. Karena setiap malam ketika tertidur, anak seperti orang yang sedang berlari, jantungnya berdebar dan napasnya terengah-engah,” ujar dokter Fauziah, di acara Webinar Awam: World Sleep Day - Edukasi Tidur ditulis Senin (21/3/2021).

Tidur dengan keadaan tersebut juga dapat mengganggu proses perbaikan sel ketika terlelap. Kemudian, imunitas yang seharusnya meningkat justru malah terganggu. Hormon-hormon yang mengatur kardiovaskular juga meningkat dan terganggu.

 

Simak Video Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Kenali Gejala OSA pada Anak

Gejala OSA berbeda ketika malam dan siang hari. Di malam hari, gejala OSA yang dapat dilihat seperti mendengkur, adanya gerakan dada dan perut yang tidak biasa, terdapat cekungan di bawah leher atau dada, terlihat berhenti bernapas, kesulitan bernapas ketika tidur, tidur yang gelisah, atau mengompol.

Di siang hari, gejala OSA yang dapat dikenali adalah hidung tersumbat dan bernapas melalui mulut.

 

 

Penulis: Rissa Sugiarti

3 dari 3 halaman

Infografis Manfaat Tidur Cukup Mencegah Risiko Penularan COVID-19