Liputan6.com, Jakarta - Dalam Rapat Koordinasi Badan Layanan Umum (BLU) 2021, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, COVID-19 sebenarnya tak terlalu fatal, asalkan jumlah orang yang terpapar tidak sampai membebani fasilitas kesehatan (faskes).
Pendapat tersebut melihat perbandingan COVID-19 dengan virus lain, seperti ebola dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV) yang lebih mematikan dan fatal. Diketahui orang yang terpapar MERS, 30-40 persen meninggal. Sedangkan pada ebola, angka kematian mencapai 40 persen.
Advertisement
Baca Juga
"Virus SARS-CoV-2, hanya hidup sekitar 14 hari dan tidak mematikan, tidak sefatal virus-virus lain, seperti ebola atau MERS, yang mana sebenarnya lebih fatal. Hanya saja virus SARS-CoV-2 sangat menular, terutama hari pertama sampai hari ke-5, lalu dilanjutkan dari hari ke-5 sampai ke-10," jelas Budi, ditulis Senin, 22 Maret 2021.
Berdasarkan studi empiris, 80 persen pasien COVID-19 akan sembuh sendiri, 20 persen masuk rumah sakit, 5 persen dirawat di ruang isolasi dan ICU.Â
"Kalau angka kematian COVID-19 global sekarang, sudah 1 persen lebih rendah dari tuberkulosis (TBC) atau penyakit-penyakit lain," lanjut Budi Gunadi.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Kurangi Laju Penularan Virus Sars-CoV-2 Penyebab COVID-19
Untuk menangani COVID-19, Budi Gunadi Sadikin menekankan, yang harus dilakukan adalah mengurangi laju penularan virus. Ini juga memastikan agar jumlah orang yang terpapar COVID-19 tidak membebani fasilitas kesehatan.
"Sebenarnya COVID-19 tidak terlalu fatal, asalkan kita bisa memastikan jumlah yang tertular itu jangan sampai membebani fasilitas kesehatan. Cara hitungnya gampang, jumlah orang yang terpapar dikali 20 persen, ini yang masuk rumah sakit," katanya.
"Misalnya, yang terpapar naik 10 juta orang, kita butuh 2 juta ruang isolasi dan ICU. Ini yang jadi masalah. Kita harus bisa mengurangi laju penularan."
Upaya mengurangi laju penularan virus Corona, sebut Budi, yang harus dilakukan adalah memperbaiki protokol kesehatan, meningkatkan kemampuan mendeteksi, serta juga isolasi dan perawatan.
"Strategi deteksi penting, bagaimana kita bisa melihat siapa saja (orang) yang terkena, kemudian melacak, menularkan virus ke mana saja, lalu diisolasi. Kalau kita bisa identifikasi siapa saja orang yang terkena COVID-19, ini cara agar mengurangi laju kecepatan penyebaran virus," ujarnya.
Selain itu, upaya vaksinasi COVID-19 juga berperan melawan virus Corona. Antibodi yang terbentuk bisa melawan virus yang masuk.
"Insya Allah, tidak parah tekanannya (paparan) dan mungkin tidak perlu masuk rumah sakit," imbuh Budi.
Advertisement