Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden RI (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan bahwa masalah tuberkulosis (TB/TBC) bukanlah masalah yang mudah diselesaikan, meskipun penyakit tersebut saat ini bisa disembuhkan.
"Meskipun dipandang sebagai penyakit menular klasik yang dapat diobati, masalah TB tidak mudah diselesaikan karena dipengaruhi faktor sosial seperti kepadatan penduduk, permasalahan gizi, kemiskinan, dan kesadaran hidup sehat," kata Ma'ruf Amin dalam Puncak Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2021.
Baca Juga
Dalam kegiatan yang disiarkan di Youtube Kementerian Kesehatan pada Rabu (24/3/2021), Wapres mengatakan bahwa dampak dari tingginya kasus TBC di Indonesia jauh lebih besar daripada beban biaya pengobatan penyakit tersebut.
Advertisement
"Beban utama bagi negara akibat TB adalah hilangnya produktivitas. Karena kelompok usia yang paling terdampak tuberkulosis adalah kelompok usia produktif," katanya.
Wapres pun mengarahkan adanya peningkatan intensitas edukasi, komunikasi, dan sosialisasi tuberkulosis dengan tujuan meningkatkan kesetaraan masyarakat, agar memahami dan mampu mencegah penyakit tersebut.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Penguatan di Layanan Kesehatan
Ma'ruf Amin juga mendorong agar masyarakat yang mengalami gejala atau berisiko terpapar TB didorong segera melakukan pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan.
"Dalam situasi pandemi COVID-19, tracing terhadap kasus COVID-19 dengan gejala mirip TB seperti batuk, juga harus dilanjutkan dengan melakukan testing TB meskipun hasil tes COVID-19 negatif," kata Wapres.
Selain itu, pasien TB untuk patuh dalam menjalani pengobatan hingga dirinya sembuh, serta mampu memerangi stigma dan diskriminasi agar tidak dikucilkan di masyarakat.
Wapres juga mengarahkan peningkatan intensitas jangkauan temuan pasien tuberkulosis di masyarakat, sehingga memastikan dia masuk ke dalam sistem pengobatan melalui layanan yang tersedia.
Arahan Ma'ruf lain adalah penguatan fasilitas kesehatan baik di puskesmas, klinik, atau layanan kesehatan masyarakat lainnya, dengan disertai peningkatan kemampuan petugas dalam mendiagnosis dan mengobati tuberkulosis.
"Yang keempat adalah memperkuat sistem informasi dan pemantauan untuk memastikan agar pasien tuberkulosis menjalani pengobatan sampai mencapai kesembuhan, untuk memutus mata rantai, dan menghindari kemungkinan kebal atau resisten terhadap obat tuberkulosis," pungkasnya.
Advertisement