Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita di India mengalami kejadian aneh saat dirinya menstruasi. Ketika mengalami datang bulan, dia mengeluarkan air mata darah.
Dikutip dari Live Science pada Rabu (24/3/2021), wanita 25 tahun itu mendatangi ruang gawat darurat dengan kondisi air mata darah yang keluar dari kedua matanya. Situasi itu sudah dua kali terjadi dalam dua bulan terakhir.
Baca Juga
Dokter lalu melakukan pemeriksaan terhadap matanya untuk mencari tahu penyebabnya. Namun semua terlihat normal. Mengutip India.com, mereka tidak menemukan ada luka atau cedera di kedua matanya.
Advertisement
Selain itu, ia tidak memiliki riwayat perdarahan okular pada keluarganya, serta tidak pernah mengalami kejadian apapun terkait matanya.
Pemeriksaan menemukan adanya pola dalam kejadian itu. Dokter menyadari bahwa dua kali menangis darah, wanita itu sedang menstruasi. Setelah mengeluarkan semua kemungkinan penyebab, dokter mendiagnosisnya ocular vicarious menstruation.
Dalam laporan yang dimuat di BMJ Case Reports edisi Maret 2021, para dokter menulis bahwa menstruasi normal terkadang dapat memicu perdarahan siklis di luar rahim, yang disebut vicarious menstruation.
Tidak hanya di mata, para dokter juga mengatakan vicarious menstruation dapat membuat darah keluar dari bibir, mata, paru-paru, perut, telinga dan yang paling umum adalah hidung.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Tidak Disertai Gejala Lain
Kondisi tersebut kemungkinan mewakili gabungan yang sangat jarang dari dua kondisi yaitu vicarious menstruation dan hemolacria, yang berujung pada air mata darah yang dipicu menstruasi.
Meski terlihat mengkhawatirkan, dokter tidak menemukan adanya gejala seperti sakit kepala, pusing, atau masalah kesehatan lain. Selain itu, tidak ada tanda-tanda kelainan pada sinus, saluran air mata, atau air mata berdarah itu sendiri.
Pasien tersebut memang mengakui bahwa dia juga pernah mengalami mimisan, ketika pertama kali mengeluarkan air mata darah.
Dokter menulis, jenis jaringan mata tertentu diketahui terpengaruh perubahan hormonal. Misalnya kurva dan ketebalan kornea dapat bervariasi selama fase berbeda dari periode menstruasi, kehamilan, dan menyusui. Hal ini menjelaskan mengapa menstruasi memicu pendarahan dari mata pasien.
Wanita itu lalu mendapatkan perawatan berupa kontrasepsi oral. Usai tiga bulan menjalani terapi hormonal, pasien tidak lagi mengalami pendarahan tambahan.
"Ini adalah kasus klinis yang langka dan tidak biasa," tulis para dokter. Mereka menambahkan, penelitian lanjutan dibutuhkan untuk memahami dengan jelas apa penyebab air mata darah wanita itu, serta untuk menentukan bagaimana kondisi tersebut dapat dikelola secara efektif.
Advertisement