Liputan6.com, Jakarta Lonjakan kasus infeksi COVID-19 kembali terjadi di sejumlah negara di Eropa. Disinyalir salah satu penyebabnya adalah strain baru hasil mutasi virus yang dianggap lebih cepat menular.
Selain itu, diperkirakan penyebab lainnya adalah mobilitas orang di kawasan Eropa yang mulai terlalu longgar pasca dimulainya vaksinasi COVID-19.
Baca Juga
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Koji Takasaki, Wasit Indonesia vs Filipina, Belum Pernah Pimpin Pertandingan Internasional
Hasil Piala AFF 2024 Timnas Indonesia vs Filipina: Dihukum Kartu Merah dan Penalti, Garuda Gagal ke Semifinal
Menanggapi strain baru COVID-19 dan lonjakan kasus di Eropa, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa strain baru sudah masuk di Indonesia sejak Januari 2021.
Advertisement
“Beberapa negara di Eropa mengalami kenaikan kasus infeksi COVID-19. Dari pengamatan kami, terjadinya lonjakan ini karena adanya strain baru yang sudah ada di Indonesia sejak Januari dan adanya mobilitas yang terlalu agresif pembukaannya," ungkapnya dalam keterangan pers dikutip Sabtu (27/3/2021).
Adapun untuk di Indonesia, lanjutnya, arahan dari Presiden Jokowi adalah mencari titik keseimbangan agar hasil penurunan angka infeksi COVID-19 yang sudah bagus karena program pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro dan vaksinasi tidak kehilangan momentum.
“Sehingga angka infeksi COVID-19 di Indonesia diharapkan terus turun dan tidak mengalami lonjakan seperti di Eropa," jelas Menkes.
Lebih lanjut, Budi berpesan kepada masyarakat yang sudah divaksinasi agar tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Prokes 3M akan bisa menghindarkan setiap orang dari infeksi COVID-19 secara umum dan juga strain barunya.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Menurut Epidemiolog
Pernyataan serupa juga pernah diungkapkan Pakar Epidemiologi Penyakit Menular Dr. M. Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes.
"Yang bisa menjamin orang tidak terinfeksi virus, apapun itu, adalah protokol kesehatan 3M," tegas Wakil Dekan Bidang II Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga ini.
Menurut Atoillah, bagi yang sudah divaksinasi pun masih bisa kemasukan atau terinfeksi.
"Vaksin tidak mengubah atau menutup lubang hidung dan mulut jadi virus masih bisa masuk."
"Fungsi vaksin adalah membuat tubuh kita punya kekebalan sehingga ketika virus menginfeksi tidak berhasil menyebabkan gejala penyakit," jelasnya.
Bagi orang yang tidak divaksinasi, ketika virus menginfeksi maka bebas memporak-porandakan tubuh karena tidak ada antibodi.
"Vaksin itu tidak membuat kita menjadi sakti. Kalau terinfeksi sebatas diagnosis lab sangat mungkin. Dengan mendapatkan vaksin kalau terinfeksi tidak sakit. Vaksin memberi perlindungan dari dalam sedangkan prokes 3M melindungi dari luar," tutupnya.
Advertisement