Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa hingga saat ini, tidak ada laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berat usai penyuntikan vaksin COVID-19 AstraZeneca di provinsi-provinsi penerimanya.
Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 mengungkapkan bahwa Vaksin AstraZeneca telah didistribusikan ke 7 provinsi yaitu: Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Maluku, dan DKI Jakarta.
Baca Juga
Ia mengungkapkan bahwa dua provinsi yang paling banyak menerima distribusi vaksin yang didapat dari skema COVAX itu adalah Jawa Timur dan Bali.
Advertisement
"Sampai saat ini proses pemberian vaksinasi dengan menggunakan vaksin AstraZeneca masih tetap berlangsung dan tetap dijalankan," kata Nadia dalam konferensi pers virtual pada Selasa (30/3/2021).
"Tidak ditemukan adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang berat pasca penyuntikan vaksin AstraZeneca," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes tersebut.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Laporan KIPI di Sulut
Nadia mengatakan, berdasarkan uji klinis, keluhan yang dialami 1 hingga 10 persen penerima vaksin AstraZeneca seperti demam di atas 38 derajat Celsius, bengkak atau rasa sakit pada tempat suntikan, adalah efek samping yang biasa ditemukan.
"Sekali lagi kami ingin sampaikan bahwa vaksin ini lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risikonya," kata Nadia.
Terkait KIPI yang membuat penghentian penggunaan vaksin AstraZeneca di Sulawesi Utara (Sulut), Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari menyebutkan bahwa reaksi yang dilaporkan dan dianalisis bersifat ringan.
"Dari data yang masuk, kami pelajari satu demi satu, ternyata reaksinya termasuk ringan. Kejadian pasca-imunisasinya termasuk ringan," kata Hindra dalam kesempatan yang sama.
"Ada 4 orang yang diobservasi rupanya terkait dengan kecemasan," Hindra mengungkapkan.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa KIPI yang dialami seseorang tidak selalu berkaitan dengan kandungan vaksin, tetapi juga bisa terkait hal lain, salah satunya faktor bio-psikososial.
"Sehingga hampir semua sudah sembuh, yang dilaporkan itu," kata Hindra imbuhnya.
Advertisement