Liputan6.com, Jakarta Dalam kurun waktu sekitar 2,5 bulan, Indonesia berhasil menyuntikkan 10 juta dosis vaksin lewat program Vaksinasi COVID-19. Per Jumat, 26 Maret 2021 vaksinator sudah menyuntikkan lebih dari 10 juta dosis vaksin COVID-19 tahap pertama dan sebagian tahap kedua.
“Saat ini, laju penyuntikan vaksin kita telah mencapai 500.000 suntikan per hari dan kita sudah tembus 10 juta penyuntikan Jumat lalu," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam sebuah ksempatan baru-baru ini.
Baca Juga
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Pertandingan Langsung Timnas Indonesia Melawan Filipina di Piala AFF 2024 Akan Berlangsung pada Sabtu 21 Desember 2024, Kick Off Pukul 20:00
Head to Head Timnas Indonesia vs Filipina, Siapa yang Lebih Unggul?
Data terbaru per Selasa, 30 Maret 2021, sudah 7.729.582 orang menerima suntikan dosis pertama dan 3.500.264 orang menerima suntikan dosis kedua.
Advertisement
Dengan capaian lebih dari 10 juta dosis vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan Indonesia masuk dalam posisi empat besar negara di dunia non produsen vaksin yang tertinggi dalam melakukan penyuntikan seperti disampaikan Budi di kesempatan tersebut.
"Kita di bawah Jerman, Turki, dan Brasil dan berhasil melampaui Israel dan Perancis. Ini sebuah kabar gembira."
Di tengah pandemi seperti saat ini negara-negara dunia berebut untuk mendapatkan vaksin COVID-19. Mengingat baru beberapa vaksin yang tersedia untuk virus SARS-CoV-2, pemerintah harus mengombinasikan penggunaan berbagai macam merek vaksin COVID-19 untuk memenuhi kebutuhan vaksin untuk seluruh populasi sasaran.
Indonesia beruntung karena sudah menjalin kerja sama dengan empat produsen vaksin, yaitu Sinovac, Astrazeneca, Novavax, dan Pfizer.
“Kamis kemarin (25 Maret 2021), kita menerima tambahan 16 juta dosis vaksin asal Sinovac. Secara keseluruhan, kita telah menerima 57,6 juta dosis vaksin, termasuk yang dari AstraZeneca melalui mekanisme COVAX. Ketersediaan vaksin menjadi sangat penting dalam menjaga kelancaran program vaksinasi pemerintah,” kata Budi.
Budi pun mendorong agar masyarakat yang menjadi target sasaran vaksinasi COVID-19 turut serta. Termasuk orang lanjut usia.
“Mari kita upayakan bersama bagaimana bisa mendorong lansia bisa lebih cepat disuntik agar kita dapat melindungi orang tua kita. Semakin cepat vaksinasi dilakukan, semakin cepat kita mencapai kekebalan komunal,” ujarnya.
Lonjakan Kasus di Sejumlah Negara Eropa dan Asia
Mutasi virus serta mobilitas yang meningkat membuat sejumlah di Asia dan Eropa mengalami lonjakan kasus COVID-19. Terkait ini, Budi mengingatkan bahwa meski sudah ada percepatan vaksinasi COVID-19 di Tanah Air kita tetap perlu berhati-hati menjaga laju penyuntikan.
"Kita perlu berhati-hati mengatur laju penyuntikan karena adanya potensi embargo dari negara produsen vaksin yang mengalami lonjakan kasus di negaranya. Kita perlu mengatur ritme vaksinasi agar tidak ada kekosongan vaksin nantinya,” tuturnya.
Lonjakan kasus di negara lain juga mengingatkan kita untuk senantiasa waspada dengan menahan mobilitas dan mematuhi disiplin protokol kesehatan.
“Hindari bepergian, paling tidak sampai pandemi benar-benar terkontrol. Kalau nanti terjadi lonjakan kasus, kasihan tenaga kesehatan kita akan kelelahan,” tegasnya.
Advertisement
Kata Pakar: Jumlah yang Divaksin Harus Terus Ditingkatkan
Terkait capaian 10 juta dosis vaksin yang sudah disuntikkan, Ede Surya Darmawan, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menyampaikan program vaksinasi COVID-19 dari pemerintah sudah berjalan baik.
“Angka 10 juta penyuntikan ini sudah bagus, tapi tetap butuh terus kita tingkatkan mengingat masih banyak masyarakat yang harus divaksinasi dari target kita 180 juta untuk mengejar herd immunity,” kata Ede.
“Saat ini orang sudah mengantri. Berarti minat dari masyarakat sudah sangat tinggi. Salah satu yang butuh direspon saat ini adalah terkait dengan jadwal pelaksanaan vaksinasi untuk masyarakat luas, dan bagaimana ketersediaan vaksinnya serta kesiapan vaksinatornya," katanya.
Namun, Ede berharap agar penyuntikkan terus bertambah demi mengejar target selesai akhir tahun.
"Sekarang kita sudah mampu untuk melaksanakan rata-rata 500 ribu penyuntikan perhari. Namun menurut saya hal ini masih butuh lebih ditingkatkan, perlu di speed up. Setidaknya kita butuh melakukan 2 juta penyuntikan per hari untuk mengejar target ini selesai di akhir tahun ini,” ujarnya.
Jangan lupa juga, meski sudah divaksin harus tetap waspada dengan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.
“Perlu diingat juga bagi masyarakat bahwa dengan divaksinasi, maka tidak lantas diri kita langsung terlindungi utuh. Tetap harus disiplin melakukan protokol kesehatan dan 3M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan),” jelasnya.
Di tempat terpisah, Ahli Patologi Klinis yang juga Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto mengapresiasi capaian 10 juta penyuntikkan vaksinasi ini.
“Kita harus mensyukuri pencapaian yang telah kita raih dengan segala keterbatasan yang kita miliki saat ini,” ujar Tonang.
Catatan Tonang adalah mengenai stok vaksin. Hal ini yang menjadi tantangan bagi Indonesia.
"Yang menjadi tantangan adalah stok dari vaksin yang tersedia, jumlahnya masih sangat terbatas. Kita perlu mendukung upaya pemerintah yang terus berusaha untuk menyediakan vaksin dan mengendalikan kecepatan pelaksanaan vaksinasi harian, dan menjaga ketersediaan vaksinasi yang ada saat ini,” jelas Tonang.
Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19
Advertisement