Liputan6.com, Jakarta - Dr. dr. Kristiana Siste, Sp.KJ(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menerangkan tentang berbagai jenis gangguan terkait alkohol. Menurutnya, ada empat tahap yang dapat terjadi pada orang yang kecanduan alkohol yakni gangguan penggunaan alkohol, intoksikasi alkohol, keadaan putus alkohol, dan dampak terhadap fungsi otak.
Gangguan penggunaan alkohol ditandai dengan keinginan untuk meminum alkohol secara terus-menerus di mana pun dan kapan pun. Sedang, gangguan intoksikasi alkohol ditandai dengan gejala disfungsi perilaku.
Baca Juga
Gejala disfungsi perilaku mencakup:
Advertisement
-Disinhibisi (perilaku yang tidak sesuai norma akibat hilangnya fungsi pengendalian diri).
-Suka berdebat.
-Agresif.
-Suasana perasaan yang labil.
-Gangguan memusatkan perhatian.
-Daya nilai terganggu.
Ada pula gejala lain yang termasuk dalam gejala fisik yang dapat terlihat yakni:
-Jalan sempoyongan.
-Sulit berdiri.
-Bicara pelo.
-Nistagmus (gerakan bola mata yang tak terkendali dan berulang).
-Kesadaran menurun.
-Muka merah.
-Konjungtiva (selaput pelindung mata) merah.
Menurut Siste, setidaknya harus ada satu dari semua gejala di atas untuk menyebut bahwa seseorang mengalami intoksikasi alkohol.
“Lebih lanjut, intoksikasi alkohol dapat mengancam nyawa,” katanya dalam seminar daring Medicine UI, ditulis Jumat (2/4/2021).
Simak Video Berikut Ini
Jika Terus Menerus Konsumsi Alkohol
Jika dalam kondisi tersebut seseorang terus-menerus mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak, maka yang terjadi adalah kerusakan batang otak, lanjut Siste.
Kerusakan batang otak dapat membuat seseorang berada dalam fase koma sampai terjadinya kematian.
“Dan kalau dia (peminum) tidak menggunakan alkohol lagi maka gejala putus alkohol akan timbul. Ada rasa cemas, sulit tidur, mual, hipertensi, suhu tubuh meningkat, bahkan ada gejala halusinasi.”
Halusinasi sendiri merupakan salah satu gejala gangguan jiwa berat, dapat juga disertai kejang dan agitasi (gelisah, jengkel, marah).
“Biasanya memang dalam waktu 7 sampai 12 hari sudah menghilang, tapi kalau tidak ditangani maka gejala-gejala ini akan terus ada sampai 6 bulan.”
Di samping itu, ada kondisi lain yang berbahaya yaitu delirium tremens yang ditandai menurunnya kesadaran, agitasi, bingung, disorientasi, halusinasi, demam, tekanan darah tinggi, berkeringat, nadi cepat, dan akhirnya kematian, tutup Siste.
Advertisement