Liputan6.com, Jakarta Puncaknya dalam berhubungan intim itu dikenal dengan orgasme. Namun, untuk meraih itu semua indra peraba dari pasangan begitu penting dalam berhubungan seks.
Misalnya saja dalam penetrasi, sensasi sentuhan di dinding vagina atau penis, tekanan atau teksturnya ikut berperan. Namun sentuhan dalam seks bukan hanya yang terjadi di antara penis dan vagina. Belaian, pelukan, ciuman, serta sentuhan lainnya yang dirasakan melalui seluruh epidermis, bagian atas kulit.
Baca Juga
Dari filosofi dan teknik oriental seperti tantra, diusulkan bahwa sentuhan tidak terbatas pada meraih kenikmatan, dengan cara yang seharusnya tidak terbatas pada ujung jari.
Advertisement
Isabella Magdala, seorang psikolog, seksolog dan spesialis tantra, mengatakan bahwa sentuhan adalah jembatan menuju kesadaran. Maksudnya ketika disentuh, hubungan dengan diri sendiri dan dengan orang lain meningkat.
"Ada ikatan yang dihasilkan melalui kontak sentuhan," kata Magdala seperti dilansir Explica.
Menurut pendekatan ini, setiap bagian tubuh harus menjadi bagian dari pengalaman. Karena itulah, jangan membatasi diri Anda pada sentuhan dengan tangan, atau area tertentu.
Magdala juga mengusulkan untuk menyentuh dan mengamati dengan cara yang sepenuhnya sadar, tanpa kepura-puraan atau tujuan, hanya untuk kegembiraan.
Zona Sensitif Seksual Manusia
Antropolog Ashley Montagu dalam bukunya Touch, menjelaskan ada sekitar 50 reseptor sensorik untuk setiap sentimeter persegi kulit, dengan jumlah total sekitar 640.000 reseptor yang tersebar di seluruh tubuh. Berdasarkan data ini, sains tampaknya menunjukkan bahwa klaim Freud bahwa "seluruh tubuh dapat menjadi zona sensitif seksual" masuk akal.
Jelaslah ini menunjukkan bahwa semua hubungan erotis terjadi antara dua epidermis dan semua hubungan dapat mengundang kesenangan.
Seksolog Inggris Alex Comfort, dalam pengantar bukunya The Enjoyment of Sex, menegaskan hal yang sama dengan metafora: “Semua kulit adalah organ genital”.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semuanya ujung saraf. Memang benar tanpa sentuhan itu tidak ada kepekaan. Tetapi, benar juga bahwa agar kesenangan atau sensasi menyenangkan muncul, penting bahwa rangsangan dianggap menyenangkan. Dengan semua itu bisa ada subjektivitas di dalamnya.
Jenis rangsangan yang sama dapat dialami dengan cara yang sangat berbeda tergantung pada orang-orangnya dan konteks di mana ia terjadi.
ebagai tambahan, reseptor dan stimulasi yang memadai juga tidak cukup; itu juga membutuhkan keinginan. Keinginan yang menggabungkan apa, siapa, bagaimana dan kapan. Tapi itu harus dijalani sebagai orang pertama dan tanpa pemaksaan
Advertisement