Sukses

Kala Doni Monardo Sehatkan Sungai Citarum, Jangan Sampai Maung Jadi Meong

Kala Doni Monardo berupaya sehatkan Sungai Citarum dengan motivasi 'Jangan Sampai Maung Jadi Meong.'

Liputan6.com, Jakarta Menyehatkan Sungai Citarum merupakan inisiatif Doni Monardo sewaktu menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi 2017-2018. Gagasan itu ia wujudkan dalam program Citarum Harum, yang membuat sungai kembali bersih dan sehat.

Harapannya dengan gagagasn itu sungai dan sumber daya alam di dalamnya dapat dimanfaatkan warga sekitar, salah satunya ikan-ikan lokal (ikan mas, mujair, lele) yang bisa dinikmati.

Bagi Doni Monardo, yang kini mengemban jabatan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sungai, air, hutan, dan lingkungan tak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Tanpa air dan hutan, manusia tidak bisa hidup. Hal ini Doni sampaikan melalui sebuah tayangan video Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan Institut Pertanian Bogor (IPB) University kepada dirinya.

Dedikasi Doni menyehatkan sekaligus mengharumkan Sungai Citarum turut mengantarkannya menerima gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dari IPB  pada Sabtu, 27 Maret 2021 di Gedung Grha Widya Wisuda (GWW), Kampus IPB Dramaga Bogor, Jawa Barat.  Gelar Honoris Causa yang diterima Doni dalam Bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. 

Di balik anugerah gelar Honoris Causa dari IPB University rupanya ada selarik kisah yang terpendam mengenai sepak terjang Doni wujudkan Citarum Harum, memperbaiki ekosistem di mana pun ia bertugas. Semua berawal dari hati Doni tergerak membenahi Citarum karena sungai tersebut disematkan sebagai sungai tercemar atau terkotor di dunia.

Kisah terpendam, ditulis Minggu, 4 April 2021, datang dari Ahmad Heryawan (Aher) tatkala masih menjabat Gubernur Jawa Barat. Pada akhir tahun 2017, Aher pernah berkata kepada Doni, “Saya menyesal, kenapa tidak dari dulu, Pak Doni?”

Kalimat itu terucap berkali-kali. Aher begitu terkesan dan menyambut antusias, gagasan Citarum Harum dari Doni sebagai upaya mengatasi pencemaran dan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang diposisikan salah satu sungai terkotor di dunia.

Aher sangat menyetujui penamaan program dengan sebutan “Citarum Harum.” Kata Doni, nama harus disesuaikan dengan kearifan lokal Jawa Barat. Sebelumnya sudah ada sebutan Paris van Java untuk Bandung. Selain itu, masyarakat Sunda juga terkenal rapi dan menyukai yang harum-harum.

“Kenapa tidak dari dulu, pak Doni?” Lagi-lagi, Aher mengucapkan kalimat itu. Spontan Doni menjawab, “Bagaimana dari dulu, Pak. Saya kan baru dilantik jadi Pangdam Siliwangi.”

Mendengar jawaban itu, Aher tidak lagi menyesali ‘momen terlambat.’ Ia dan Doni Monardo pun menyepakati pameo “lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 7 halaman

Sosok Doni Monardo Peduli Sungai Citarum

Langkah pertama wujudkan Citarum Harum, Doni meminta Gubernur Aher mengundang seluruh bupati dan wali kota yang ada di Jawa Barat untuk berkoordinasi. Buru-buru Aher menukas, “Pak Doni saja yang mengundang. Kalau saya (yang mengundang), biasanya banyak yang tidak datang.”

Doni paham situasi, ia berkata, “Bapak yang membuat undangan, selebihnya serahkan kepada saya.” Setelah surat undangan Gubernur Jawa Barat kepada seluruh bupati/wali kota selesai disusun, Doni membawanya ke markas Kodam III/Siliwangi, lalu memanggil Aster Kodam Siliwangi. 

“Tugaskan para Dandim untuk menyampaikan surat ini kepada bupati dan wali kota di daerah masing-masing. Sampaikan kepada para Dandim, kalau sampai gagal menghadirkan bupati/wali kota di acara ini, saya akan ‘evaluasi,” perintah Doni tegas. 

Pada hari yang ditentukan, 18 bupati dan 9 wali kota se-Jawa Barat hadir ke Gedung Sate. Tercatat hanya dua yang tidak hadir, yang diwakili oleh Wakil Bupati dan Wakil Wali Kota. Kedua kepala daerah yang absen adalah Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Keduanya, berstatus non-aktif karena tengah mengikuti kontestasi Pilkada Jawa Barat 2018.

“Selama hampir dua periode menjabat Gubernur Jawa Barat, baru kali ini saya mengundang bupati/wali kota, semua hadir,” gumam Aher sambil menatap Doni. Yang ditatap hanya melempar senyum.

Dalam rapat bupati/wali kota itulah, Aher meresmikan nama “Citarum Harum” sebagai nama program percepatan penanggulangan pencemaran dan kerusakan DAS Citarum.

“Karena itu, saya melihat gelar Doktor Honoris Causa sangat tepat disematkan kepada Letjen TNI Doni Monardo. Beliau adalah sosok yang sangat memerhatikan lingkungan. Mulai penanaman pohon trembesi besar-besaran, terkait kelautan,” imbuh Aher melalui keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com.

“Dan yang terakhir bersama saya di Jabar, perhatian dan kepedulian dia untuk menghadirkan Sungai Citarum sesuai fungsinya. Semua tak lepas dari peran dan campur tangan beliau.”

 

(Selengkapnya: Terima Gelar Doktor Kehormatan dari IPB, Dedikasi Doni Monardo dari Jaga Alam hingga Damaikan Konflik)

3 dari 7 halaman

Draft Hukum Citarum Harum Selesai 3 Hari

Seiring koordinasi dan konsultasi dengan unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, dan media, Doni Monardo menyiapkan payung hukum program Citarum Harum yang hendak digulirkannya. Ia meminta dosen hukum Universitas Islam Bandung (Unisba) Dini Dewi Heniarti.

Wanita yang menjabat Presiden Asosiasi Profesor Doktor Hukum Indonesia ini diminta Doni menyiapkan draft Peraturan Presiden untuk program Citarum Harum.

“Suatu hari, saya dihubungi Pak Doni Monardo. Beliau meminta saya membuat drat Peraturan Presiden untuk percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Ciliwung. Draft berhasil saya selesaikan dalam waktu tiga hari,” cerita Dini.

“Setelah itu, kami diminta mengawal ke kantor Kemenko Maritim sampai ke kementerian/lembaga lain. Hingga akhirnya disetujui menjadi Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 yang menjadi payung hukum Citarum Harum.”

Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum terbukti ampuh, memayungi semua tindakan yang diperlukan mempercepat penanganan Citarum.

Mengamati sepak terjang Doni yang sistematis dan komprehensif, seketika itu pula Dini tahu, apa yang dilakukan Doni adalah benar. Tidak sekadar benar, tetapi ia pun meyakini program yang digulirkan berpeluang besar berhasil.

“Manakala program ini sukses, artinya akan membawa dampak yang sangat baik di bidang kedaulatan lingkungan yang selama ini banyak dilupakan orang. Masyarakat Indonesia, umumnya hanya getol membicarakan kedaulatan negara, tetapi sedikit perhatian terhadap kedaulatan lingkungan,” kata Dini.

“Padahal, kedaulatan lingkungan sangat penting karena akan memenuhi semua hak manusia atas lingkungan yang baik di atas bumi.”

Keberhasilan percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum membawa dampak positif terhadap kehidupan, khususnya masyarakat Jawa Barat.

“Citarum Harum membawa efek domino bagi para penggiat lingkungan, akademisi, pengusaha, pemerintah, media. Semua menjadi terlibat secara aktif untuk bersama-sama mengembalikan kejayaan Citarum. Beliau menyebutnya, Kerjasama Pentahelix,” lanjut Dini.

Hingga hari ini, Dini masih terlibat aktif pada program Citarum Harum. Ia terus mengawal Perpres yang berdurasi tujuh tahun. “Sekarang memasuki tahun keempat. Kami sebentar lagi akan mengadakan evaluasi. Minggu lalu juga kami selenggarakan diskusi terkait Citarum Harum. Program ini sudah menggelinding menjadi kerja bersama semua stakeholder Sungai Citarum,” ucapnya.

4 dari 7 halaman

Jangan Sampai Maung Jadi Meong

Saat memberi pengarahan kepada seluruh jajaran di Kodam Siliwangi, Doni memulai dengan mengangkat moral prajurit tentang kebesaran nama “Siliwangi.” Satuan teritorial ini sangat harum dalam goresan sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam banyak operasi penumpasan, pasukan Siliwangi selalu punya andil.

Kesatuan dengan simbol harimau ini sangat disegani. Masyarakat Sunda menyebut harimau sebagai ‘maung’. Doni lalu menyodorkan pokok persoalan. “Percuma kita punya prestasi besar, jika kita tidak mampu menyelesaikan persoalan di depan mata, yakni Sungai Citarum yang sudah dijuluki sebagai sungai terkotor di dunia. 

Doni yang kala itu berada di teritori Siliwangi berkata, “Jangan sampai maung berubah jadi meong!” serunya, yang seketika menyentak kesadaran prajurit.

Brigjen TNI Yudi Zanibar adalah salah satu saksi. “Waktu itu pangkat saya kolonel. Saya ingat persis ketika Pak Doni memotivasi prajurit untuk bergerak menuntaskan persoalan Citarum,” ujar jenderal bintang satu ini.

Yudi dan Doni merupakan teman satu angkatan. Keduanya Angkatan 1985 Akmil Magelang. Sejak masih berlatih di kaki Gunung Tidar Magelang, Yudi melihat Doni berbeda dari teman seangkatan yang lain. “Beda secara fisik, akademik maupun kepribadian. Dia di atas rata-rata teman seangkatan,” ujarnya.

Atas motivasi Doni, Yudi ikut terbakar semangat mengatasi problem Citarum. Saat ini, ia merasa sangat bersyukur bisa ikut terlibat program Citarum Harum yang digulirkan rekan seangkatannya sewaktu menjabat Pangdam III/Siliwangi. Kepedulian Doni Monardo terhadap Sungai Citarum, ternyata sudah ada sebelum menjabat Pangdam III/Siliwangi.

“Sebagai teman satu angkatan, kami sering say hello lewat telepon. Jadi, suatu hari beliau menelepon saya. Tiba-tiba dia bertanya, ‘Yud, kamu di mana?’ Ketika itu saya di Kodam Siliwangi,” kenang Yudi.

“Lantas beliau mengatakan, ‘Kalau saya jadi Pangdam Siliwangi, kamu saya suruh tidur di pinggir Citarum sampai sungai itu bersih. Saya tidak menyangka, tidak lama kemudian beliau benar-benar pindah tugas dari Pangdam XVI/Pattimura ke Pangdam III/Siliwangi.”

5 dari 7 halaman

Satukan Hati dalam Satu Komando Ala Doni Monardo

Setelah menjabat Pangdam III/Siliwangi, Doni Monardo langsung menangani Citarum. “Sejak masuk langsung bekerja. Tidak kenal tanggal merah. Sabtu-Minggu dan hari libur nasional kami tetap diperintahkan bekerja,” tambah Yudi Zanibar.

“Pak Doni mengundang semua pihak untuk datang. Selama 40 hari terus menerus, beliau mengundang para pihak hanya untuk didengar masukan-masukannya seputar Ciliwung. Pak Doni hanya menjadi pendengar yang baik.”

Sebelum Doni ditugaskan Pangdam III/Siliwangi, program penanggulangan pencemaran Sungai Citarum sebenarnya sudah ada, tetapi tidak optimal. “Konsep awal Pak Doni mengatasi Citarum adalah melibatkan semua orang. Mengajak semua pihak. Dan itu yang beliau jalankan secara konsisten,” kata Yudi.

Apa yang dilakukan Doni, dinilai Yudi sebagai sebuah tindakan menyatukan hati dalam satu komando. “Istilah satu komando sangat sering saya dengar. Bedanya, Pak Doni benar-benar melaksanakan di lapangan. Dia menyatukan hati semua pihak dalam satu komando,” ucapnya.

Berbekal masukan berbagai pihak, Doni mendapat gambaran secara utuh. Semua disentuh hatinya oleh Doni dengan rasa keprihatinan serta kesadaran. Bahwa Sungai Citarum harus diselamatkan secara bersama-sama.

“Sebagai pamen di Kodam III/Siliwangi, saya ditugaskan menjadi Komandan Sektor 6. Saya dan prajurit ditugaskan tidur bersama masyarakat di sektor yang kami bina. Kami meninggalkan keluarga untuk hidup bersama masyarakat di bantaran sungai. Menyelami kehidupan sehari-hari mereka. Menyelami sikap dan pola pikir mereka terhadap keberadaan Citarum, lalu bersama-sama mengajak berubah,” jelas Yudi.

“Pak Doni menyebutnya perubahan perilaku. Awalnya, dari yang membuang sampah terang-terangan, menjadi buang sampah sembunyi-sembunyi. Kemudian dari yang buang sampah sembunyi-sembunyi, menjadi malu untuk membuang sampah ke sungai. Dari rasa malu membuang sampah ke sungai, lama-lama tergerak hatinya untuk ikut menjaga kebersihan sungai Citarum.”

6 dari 7 halaman

Doni Monardo, ‘Bapak Citarum Harum’

Langkah Doni Monardo yang berupaya menyehatkan Sungai Citarum diapresiasi banyak pihak, termasuk pejabat di Kemenko Maritim (yang kemudian berubah nomenklatur menjadi Menko Maritim dan Investasi), yakni Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Kemenko Maritim dan Investasi Safri Burhanuddin 

Berdasarkan Perpres 15 Tahun 2018, Menko Maritim dan Investasi adalah ketua pengarah pada program Citarum Harum. “Kami sangat senang dengan hadirnya Pak Doni Monardo sebagai Pangdam III/Siliwangi ketika itu, sehingga program ini menjadi lebih akseleratif,” ujar Safri.

Safri menambahkan, sebelum Doni menjabat Pangdam III/Siliwangi, program terkait penanggulangan pencemaran Sungai Citarum sudah ada dan berjalan. “Kami berjalan, tetapi lambat. Setelah hadirnya Pak Doni Monardo, terjadi kecepatan yang luar biasa. Beliau mampu mengintegrasikan seluruh stakeholder yang ada di Jawa Barat. Ini yang menarik dari Pak Doni,” imbuhnya.

Cerita terpendam lain juga hadir dari aktivis lingkungan Irma Hutabarat. Ia salah satu aktivis yang diundang Doni Monardo ke Markas Kodam Siliwangi. Di antara sekian banyak problem lingkungan di Jawa Barat, Irma menyebut Citarum sebagai yang terparah sehingga mendesak untuk dibenahi.

Jika saat ini, orang berbicara mengenai Citarum Harum dan Vetiver System--pemanfaatan rumput vetiver untuk menahan laju erosi dan menjaga stabilitas lereng sungai--maka orang harus mengingat budi dan upaya awal yang dilakukan Doni Monardo, terbukti sangat efektif. 

“Saya selalu menyebut beliau sebagai Bapak Citarum Harum dan Sahabat Hijau-ku. Saya sangat bersyukur beliau mendapat anugerah gelar doktor kehormatan dari IPB University. Saya pikir, tidak ada yang lebih pantas menerima gelar itu daripada Pak Doni,” terang Irma. 

“Inilah saatnya kita berterima kasih kepada TNI AD, dalam hal ini Kodam III/Siliwangi dan lebih khusus lagi berterima kasih kepada Pak Doni.”

7 dari 7 halaman

Hobi Doni Monardo Hijaukan Lahan Kritis

Begitu gigih dan tekun mengatasi persoalan akut Sungai Citarum, Doni Monardo turut mendapat pujian dari Supardiyono Sobirin, aktivis lingkungan yang kemudian menjadi Anggota Tim Ahli Satuan Tugas Citarum Harum.

“Bapak Letjen Doni Monardo adalah seorang tokoh Jenderal yang saya kagumi. Di mana pun di seluruh Indonesia di tempat beliau ditugaskan, tidak pernah lepas dari hobi dan perhatian beliau melakukan penghijauan di lokasi yang lahan kritis dan tandus, termasuk tata cara mencari dan memulihkan kelangkaan air untuk pemeliharaan bibit-bibit pohon yang ditanam,” ujarnya lewat sambungan telepon pada Kamis, 25 Maret 2021.

Untuk sekian lama, Sungai Citarum telah mengalami pembiaran kerusakan yang sangat parah. Penanganan yang telah dilakukan sebelumnya, tidak membuahkan hasil signifikan. Tugas menyehatkan kembali Sungai Citarum dijalankan Doni dengan sangat antusias dan serius.

Melalui konsep satu komando dan bekerja bersama rakyat untuk membersihkan limbah dan sampah, menanam pohon di lahan kritis, mengendalikan banjir dan kekeringan untuk mencapai Citarum Harum Juara.

Sobirin melihat Doni mengerahkan semua jajaran prajuritnya untuk menyehatkan kembali Sungai Citarum yang sakit parah. “Selamat dan sukses Bapak Letjen Dr (HC) Doni Monardo, lanjutkan untuk menginspirasi seluruh rakyat Indonesia. Kita menjaga alam, maka alam akan menjaga kita,” ujarnya.

Ada juga kenangan Anggota DPR RI 2014-2019 Popong Otje Djunjunan, yang akrab disapa Ceu Popong. Ia mengenal dengan sangat baik pribadi Doni Monardo. Ketika acara lepas-sambut pejabat Pangdam III Siliwangi pada November 2017, Doni mengatakan, salah satu yang hendak ia lakukan adalah membantu masyarakat Jawa Barat di bidang ekosistem, khususnya Sungai Citarum. 

Seketika, Ceu Popong berkata dalam hati, “Baru kali ini ada Pangdam yang peduli terhadap lingkungan. Bisa saya pastikan, orang ini akan meninggalkan warisan yang baik bagi Jawa Barat,” ucapnya. 

Kini, setelah sekian tahun momen itu berlalu, ungkapan isi hati Ceu Popong terbukti. “Saya bangga terhadap seorang insan Tuhan yang namanya Doni Monardo. Bukan karena pangkatnya, bukan karena beliau anak tentara, tapi karena beliau punya sikap konkrit terhadap apa dan siapa yang ada di sekelilingnya,” tegas Ceu Popong, yang merupakan lulusan IKIP Bandung.

“Apa yang ada di sekelilingnya? Ada manusia, ada pohon, ada air, ada alam semesta. Jarang kita berjumpa sosok yang punya sensitivitas terhadap sekeliling. Jarang sekali insan manusia yang punya kepedulian terhadap manusia dan alam semesta melalui tindak nyata.”