Sukses

100 Negara Sudah Terima Vaksin COVID-19 dari COVAX

COVAX menargetkan semua negara peserta sudah bisa mendapatkan vaksin COVID-19 di paruh pertama tahun ini

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa lebih dari 100 negara telah menerima vaksin COVID-19 dari COVAX. Cakupan tersebut dicapai 42 hari usai vaksin dari mekanisme ini pertama kali dikirimkan.

Sebelumnya pada 24 Februari 2021, Ghana menjadi negara pertama yang menerima pengiriman vaksin virus Corona dari COVAX.

"Dalam waktu kurang dari empat bulan sejak vaksinasi massal pertama di luar pengaturan klinis di dunia, sangat memuaskan bahwa peluncuran dosis COVAX telah mencapai seratus negara," kata Seth Berkley, CEO Gavi, Vaccine Alliance.

Memang ada ketersediaan vaksin yang berkurang pada Maret dan April, akibat peningkatan dan optimalisasi proses produksi vaksin di tahap awal peluncuran, serta meningkatnya permintaan di India.

Namun COVAX memperkirakan masih bisa memberikan vaksin ke semua negara peserta pada paruh pertama tahun ini. Berkley pun menyebut mereka masih berada di jalur yang tepat.

Melansir laman resmi WHO pada Jumat (9/4/2021), Berkley mengatakan bahwa COVAX masih menghadapi tantangan dalam mengakhiri fase akut pandemi.

"Kita hanya akan aman ketika semua orang aman dan upaya kami untuk mempercepat volume dosis bergantung pada dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan produsen vaksin."

"Saat kami melanjutkan peluncuran vaksin global terbesar dan tercepat dalam sejarah, ini bukan waktunya untuk berpuas diri," ujarnya.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Pemerintah Diminta Mengambil Langkah

Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, COVAX memberi dunia cara terbaik untuk memastikan peluncuran vaksin yang aman dan efektif yang tercepat, serta paling adil bagi semua orang berisiko di setiap negara.

"Jika kita ingin merealisasikan peluang besar ini, negara, produsen, dan sistem internasional harus bersama-sama memprioritaskan pasokan vaksin melalui COVAX. Masa depan kolektif kita, secara harfiah, bergantung padanya," katanya.

Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF mengingatkan bahwa hal ini bukanlah untuk dirayakan, tetapi untuk diakselerasi. "Dengan varian yang muncul di seluruh dunia, kami perlu mempercepat peluncuran global," katanya.

Menurut Fore, pemerintah dan mitra lain harus mengambil langkah yang diperlukan untuk meningkatkan pasokan.

Langkah itu termasuk penyederhanaan hambatan hak kekayaan intelektual, mengeliminasi pembatasan langsung dan tidak langsung yang terkait dengan ekspor vaksin, serta menyumbangkan kelebihan dosis secepat mungkin.

Berdasarkan perkiraan pasokan terbaru, COVAX berharap agar 2 miliar dosis vaksin corona bisa dikirim pada tahun 2021.

Untuk mencapainya, mereka mengatakan akan terus memperluas portofolionya lebih lanjut, serta akan mengumumkan perjanjian baru dengan produsen vaksin pada waktunya.

3 dari 3 halaman

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca