Liputan6.com, Jakarta - Seorang bayi laki-laki di Irak dilahirkan dengan kondisi yang kemungkinan besar merupakan temuan pertama di dunia. Ia memiliki tiga penis.
Dalam catatannya di International Journal of Surgery Case Reports, Shakir Saleem Jabali mengatakan bahwa sejauh yang mereka ketahui, kasus tersebut merupakan laporan pertama mengenai tiga penis atau triphallia.
Baca Juga
Mengutip New York Post pada Minggu (11/4/2021), bayi ini awalnya dibawa ke rumah sakit oleh orangtuanya ketika ia berusia 3 bulan. Anak ini mengalami bengkak di skrotumnya pada saat itu.
Advertisement
Namun, para dokter mengamati bahwa bocah itu memiliki anggota tubuh tambahan berupa satu penis sepanjang 2 centimeter serta satu lagi yang berukuran 1 centimeter.
Dokter mengatakan bahwa hal ini sangat tidak biasa, karena bocah tersebut tidak pernah terpapar obat-obatan tertentu dalam rahim, serta tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyimpangan genetik.
Karena dua alat kelamin tambahan tersebut tidak memiliki uretra atau lubang urin. Penis utamanya menjadi satu-satunya organ yang berfungsi.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Kasus Pertama yang Dilaporkan di Dunia
Dokter pun memutuskan untuk mengangkat keduanya dengan operasi yang berjalan lancar. Bayi tersebut juga tidak mengalami masalah apapun setelah dilakukan pemantauan selama satu tahun oleh para dokter.
"Triphallia (tiga penis) adalah kondisi yang belum dilaporkan hingga sekarang," kata Jabali seperti dikutip dari Indian Express.
Jabali mengatakan, seseorang dengan penis tambahan memiliki kasus yang unik dan tidak identik.
"Perawatannya sulit karena mengandung aspek medis, etika, dan kosmetik." Ia pun menjelaskan bahwa tim multidisiplin diperlukan untuk perawatan dan tindak lanjut jangka panjang.
Kejadian serupa sempat membuat heboh di India pada 2015. Namun laporan itu tidak bisa diverifikasi karena tidak terdokumentasi dalam sebuah jurnal medis.
Kasus orang dengan lebih dari satu penis sendiri bukanlah hal baru. Difalia (diphallia) atau kondisi penis ganda, yang pertama kali dicatat pada 1609, diperkirakan mempengaruhi 1 dari 6 juta bayi laki-laki.
Advertisement