Liputan6.com, Jakarta - Maraknya hoaks atau informasi yang tidak benar pada awal pandemi COVID-19 menggetarkan hati R.A. Adaninggar untuk bergerak. Sebagian besar hoaks beredar melalui grup-grup aplikasi pesan singkat. Dokter spesialis penyakit dalam yang berdomisili di Surabaya itu lalu berinisiatif menggunakan media sosial pribadinya sebagai medium untuk mengedukasi keluarga dan masyarakat mengenai kesehatan, khususnya soal COVID-19.
"Waktu itu cukup prihatin, kok seperti ini yang beredar di masyarakat? Kebetulan karena ini bidang kesehatan, sesuai bidang saya jadi saya kayak terpanggil meluruskan. Sebetulnya enggak ada yang minta juga sih, tapi kayak enggak enak di hati," tutur dr Adaninggar yang biasa disapa Ning ketika dihubungi Liputan6.com, Kamis, 8 April 2021.
Baca Juga
Ning mengaku, sebelum pandemi, dia jarang sekali menyentuh media sosial. Hingga suatu hari Ning mencoba mengedukasi masyarakat mengenai hoaks seputar masker. Tak dinyana, upaya pertama itu justru mendapat respons di luar dugaan.
Advertisement
Ning mendapat "serangan" dari akun-akun yang enggan menerima kehadirannya atau memiliki pendapat berbeda. Tak hanya dirundung melalui media sosial dengan kata-kata yang tidak pantas, Ning juga sempat mendapat ancaman.Â
Pengalaman pertama itu diakui Ning sempat membuatnya syok. Dia pun menutup Instragram pribadi selama tiga hari. "Padahal saya cuma edukasi tentang masker. Jadi ngeri banget. Mungkin karena saya enggak pernah ya, jadi syok sekali," ucapnya.
Namun, pada akhirnya Ning termotivasi untuk konsisten meluruskan hoaks. Ning melihat bahwa masyarakat perlu diberi edukasi agar tidak termakan hoaks yang marak beredar. "Itu satu kejadian yang saya enggak bisa lupa," kata Ning.
Alih-alih menyerah dan patah semangat, Ning menyikapi dengan lebih positif tantangan dari orang-orang yang menolak diedukasi dan mem-bully. Ning menjadikannya ajang untuk melatih kesabaran agar tidak depresi ataupun cemas. "Ini lebih ke tantangan mental untuk saya."
Di samping itu, Ning menyadari bahwa jauh lebih banyak masyarakat yang menerima ketimbang yang menolak kehadirannya di media sosial.
Simak Juga Video Berikut Ini
Menjalin Kedekatan Emosional dengan Pengikut
Beragam materi yang diunggah Ning ke Instagram disiapkannya sendiri. Mulai dari riset hingga infografis dilakukan sendiri olehnya. Namun, Ning tak merasa waktunya tersita karena hal itu. Dia memanfaatkan waktu luang di sela-sela perjalanan menuju rumah sakit tempatnya praktik atau ketika tidak ada pasien untuk menyiapkan konten.
Tak hanya "belajar" mengenai seluk-beluk COVID-19, Ning juga belajar mendesain agar infografis-infografis yang dibuatnya jadi lebih baik dan menarik. Jika semula Ning hanya meng-capture jurnal dan judulnya lalu memperbanyak tulisan di keterangan foto, perlahan dia belajar membuat infografis dengan beberapa aplikasi.
"Jadi, saya juga belajar sih selama ini. Kalau ide dan lain-lain dari saya. Jadi kelihatan lah progress-nya, saya awalnya bagaimana bikin videonya, bikin infografisnya. Sampai sekarang itu kelihatan kalau memang belajar," tutur Ning.
Wanita yang kerap disebut mirip penyanyi Bunga Citra Lestari ini mengaku menikmati kegiatannya mengedukasi masyarakat melalui media sosial. Selanjutnya, Ning berniat akan tetap mengedukasi masyarakat mengenai kesehatan secara umum meski pandemi COVID-19 telah berlalu.
"Follower saya ini adalah tanggung jawab saya. Artinya saya sudah mengumpulkan follower yang banyak, orang-orang yang sudah percaya sama saya, ya saya enggak bisa berhenti begitu aja. Saya sudah berkomitmen saya diri untuk meneruskan ini," Ning bertekad.
Ibu dua anak ini berusaha menjalin kedekatan emosional dengan pengikutnya di media sosial. "Semua yang DM saya, yang benar-benar menceritakan masalahnya dan butuh bantuan, selalu saya jawab. Karena itu yang saya cari. Artinya saya enggak pengin punya follower yang saya enggak kenal. Saya mau mereka percaya sama saya," ungkap Ning.
Advertisement
Dukungan dari Keluarga
Berasal dari keluarga yang berkecimpung di bidang kesehatan, Ning pun memiliki cita-cita menjadi dokter sejak kecil. Minat pada bidang kedokteran telah ditunjukkan Ning sejak menjalani pendidikan sekolah dasar. Ketika SD, Ning ikut menjadi dokter kecil di unit kesehatan sekolah.
"Dari kecil sepertinya sudah genetik, ya," ucap Ning. Ayah Ning adalah seorang dokter gigi, dan sang ibu menekuni profesi sebagai dokter mata. "Kalau untuk cita-cita lain kok ya enggak pernah."
Bahkan Ning pun berjodoh dengan seorang dokter kandungan. Memiliki profesi yang sama, Ning merasakan dukungan penuh dari sang suami terkait edukasi mengenai kesehatan dan pelurusan hoaks. Meski sang suami bukan tipe yang aktif bermedia sosial, namun pernah menjadi narasumber dalam live Instagram di akunnya.
Dukungan penuh juga datang dari kedua orangtua Ning. Dia kerap mengabari ayah dan ibunya mengenai perkembangan dari upaya edukasi yang dilakukannya. Hal-hal yang semula dianggap remeh terkait hoaks kesehatan terbukti cukup berdampak pada masyarakat dan Ning telah ambil bagian meluruskannya. Kedua orangtua Ning pun gembira melihat perkembangan positif dari upaya putri mereka.Â
Â
Â
Â
Â
Infografis
Advertisement