Liputan6.com, Jakarta - Menanggapi kabar terkait rendahnya vaksin buatan China termasuk Sinovac oleh otoritas negara tersebut, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi angkat bicara.
Dari hasil evaluasi Badan POM, ITAGI, dan para ahli, vaksin Sinovac yang saat ini digunakan masih cukup efektif menekan laju penularan dan memberikan perlindungan dari COVID-19. Penggunaan vaksin buatan China ini pun sudah melalui uji klinis tahap tiga dan sesuai standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga
Nadia menambahkan uji klinis vaksin Sinovac tidak hanya dilakukan di China, tetapi juga di Brazil, Turki, bahkan Indonesia dengan efikasinya mencapai 60 persen. Hal ini sudah sesuai standar dari WHO yakni di atas 50 persen.
Advertisement
“Uji klinis Sinovac ini dilakukan bukan hanya di China, tapi juga di Brazil dan Turki selain di Indonesia dan efikasi dari vaksin ini 65 persen. Dan di Brazil semuanya hampir di atas 60 persen,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Senin (12/4/2021).
“Kita juga melihat dari hasil uji klinis kita, bahwa peningkatan antibodi yang didapatkan dari hasil uji klinis tahap tiga yang dilakukan di UNPAD itu terjadi peningkatan 95 sampai 99 persen. Berarti kalau kita bicara kemampuan pembentukan antibodi di dalam tubuh kita, itu masih sangat baik,” lanjut Nadia.
Dari data-data ini, Nadia menyampaikan agar masyarakat yang sudah mendapatkan kesempatan untuk divaksin tidak perlu ragu.
“Jangan kehilangan ataupun menyia-nyiakan kesempatan kita untuk mendapatkan proteksi dengan tidak memanfaatkan vaksin yang saat ini kita miliki,” kata Nadia.
Simak Juga Video Berikut
Ketersediaan Vaksin di Bulan April
Dalam kesempatan tersebut Nadia menyampaikan karena ada 10 juta vaksin AstraZeneca yang pengirimannya ditunda sampai Mei, otomatis suplai vaksin pada April ini hanyalah vaksin Sinovac yang diproduksi oleh Bio Farma. Namun, vaksinasi tidak akan dikurangi atau dihentikan.
Pada bulan ini Sinovac tetap akan mengirimkan vaksin dalam bentuk bulk kemudian akan diolah oleh Bio Farma dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu. Bio Farma sendiri pun tengah berupaya memperbesar kapasitas produksi vaksin dengan menambah satu pabrik.
Di samping itu juga Menteri Kesehatan dan Menteri Luar Negeri tetap melakukan upaya untuk memastikan ketersediaan vaksin, seperti memastikan komitmen COVAX Facility untuk bisa mengirimkan vaksin AstraZeneca pada Mei. Pemerintah juga akan menjajaki vaksin-vaksin lain yang sudah selesai uji klinis tahap tiga dan memenuhi standar WHO.
Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi
Advertisement