Liputan6.com, Jakarta - Pengenalan puasa pada anak mengharuskan orangtua memerhatikan konsumsi makanan mereka ketika berbuka dan sahur.
Prof Dr dr Aryono Hendarto SpA(K) MPH mengingatkan pentingnya anak untuk mengonsumsi sedikitnya tiga dari empat kelompok makanan berikut ini saat sahur selama Ramadan:
Baca Juga
1. Roti dan sereal gandum
Advertisement
2. Daging dan kacang-kacangan
3. Buah dan sayuran
4. Susu dan produk olahan susu lainnya.
Tetapi konsumsi makanan tersebut tetap harus menerapkan diet seimbang dan memerhatikan kandungan nutrisi yang cukup untuk tubuh anak.
Selain konsumsi makanan anak ketika sahur, kebutuhan cairan anak juga perlu dipantau. Sebab, anak-anak sangat mudah terserang dehidrasi, dilihat dari banyaknya aktivitas fisik yang mereka lakukan. Sehingga, orangtua harus mengusahakan agar kebutuhan cairan si Kecil terpenuhi mulai dari waktu berbuka puasa hingga akhir waktu sahur.
Aryono juga menyarankan untuk memberikan anak makanan yang kaya akan kandungan cairan seperti tomat, timun, seledri, bayam, semangka, dan sebagainya. Serta menjaga anak untuk tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein dan soda.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Lakukan Pengenalan Puasa, Orangtua Tetap Perhatikan Kesehatan Anak
Sebagai orangtua, hendaknya memerhatikan kesehatan anak yang baru pertama kali ikut berpuasa.
“Misalnya saja anak dengan riwayat penyakit kronis tentu, pastinya pengenalan puasa dilakukan dengan cara yang berbeda. Begitu pula pada anak yang sensitif terhadap penyakit,” ujar Aryono dalam Seminar Awam dan Media ‘Tips Sehat Puasa ala Guru Besar FKUI’ pada Senin (12/4/2021).
Orangtua juga sebaiknya mengenali tingkat aktivitas fisik sang anak. Masa kanak-kanak memang berkaitan erat dengan aktivitas fisik yang tinggi, tapi antara anak yang satu dengan yang lain memiliki tingkat aktivitas fisik yang berdeda, bahkan pada saudara kandung sekalipun.
Saat mengajarkan anak berpuasa, ajarkan anak untuk mengurangi aktivitas fisik selama puasa. Jangan sampai anak melakukan aktivitas fisik seperti hari biasa ketika tidak berpuasa. Jika tidak, maka aktivitas fisik yang berlebih dapat mengonsumsi energi anak lebih besar.
Selain mengajarkan anak untuk mengurangi aktivitas fisik, ajarkan pula anak untuk menoleransi rasa lapar. Tujuannya, agar frekuensi makan anak dapat terkendali selama berpuasa.
Dokter Aryono menyarankan orangtua yang baru pertama kali mengajarkan anaknya berpuasa untuk jangan memaksakan anak. Kenalkan puasa kepada anak secara perlahan.
Misalnya, puasa pada tiga jam pertama setelah sahur, kemudian hari berikutnya bertambah menjadi empat jam pertama setelah sahur, begitu seterusnya sampai pada puasa berhenti setelah pukul 12.00.
Setelah anak sudah terbiasa dan mampu beradaptasi, barulah anak dapat diajarkan untuk melakukan puasa penuh hingga waktu berbuka.
Ketika sudah tiba waktu berbuka puasa, penting bagi orang tua untuk memerhatikan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi anak hingga waktu sahur.
Serta tidak mengharuskan anak makan terlalu banyak, karena dapat memicu gangguan pencernaan seperti rasa tidak nyaman akibat kembung.
Penulis: Rissa Sugiarti
Advertisement