Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menemukan bahwa pola makan atau diet yang sehat, ditambah dengan olahraga selama masa kanak-kanak, mengarahkan seseorang pada usia dewasa dengan otak yang lebih besar dan tingkat kecemasan yang lebih rendah.
Marcell Cadney, ketua studi yang juga mahasiswa doktor fisiologi University of California-Riverside, Amerika Serikat mengatakan bahwa selama ini, dokter selalu merekomendasikan orang yang khawatir akan berat badannya untuk melakukan olahraga dan makan lebih sedikit.
Baca Juga
"Itulah mengapa mengejutkan sebagian besar penelitian hanya melihat diet atau olahraga secara terpisah. Dalam penelitian ini, kami ingin memasukkan keduanya," kata Cadney seperti dilansir dari Science Daily pada Senin (12/4/2021).
Advertisement
Para peneliti mengatakan bahwa olahraga di awal kehidupan umumnya mengurangi perilaku cemas ketika seseorang dewasa. Selain itu, ini juga meningkatkan massa otot dan otak.
Dalam studi hewan ini, tikus yang diberi makanan gaya Barat yang tinggi lemak dan gula tak hanya tumbuh jadi lebih gemuk, tetapi juga menjadi dewasa yang lebih menyukai makanan tidak sehat.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Lakukan Studi pada Hewan
Untuk studinya, peneliti membagi tikus muda ke dalam empat kelompok: mereka dengan akses aktivitas fisik berupa roda untuk hewan, mereka yang tanpa akses aktif bergerak, mereka yang diberi makanan standar dan sehat, serta kelompok yang mengonsumsi makanan ala Barat.
Pola makan hewan-hewan ini dimulai setelah mereka disapih, dilanjutkan dalam tiga pekan, hingga mereka mencapai kematangan seksual. Delapan pekan berikutnya tikus-tikus ini dibiarkan tanpa roda dan diet sehat.
Para peneliti lalu melakukan analisis perilaku, mengukur kapasitas aerobik, serta beberapa tingkat hormon yang berbeda.
Salah satu yang diukur adalah leptin yang diproduksi oleh sel-sel lemak. Ini membantu mengontrol berat badan dengan meningkatkan pengeluaran energi dan menandakan bahwa lebih sedikit makanan yang dibutuhkan.
Olahraga di awal kehidupan meningkatkan kadar leptin serta massa lemak pada tikus dewasa terlepas dari pola makan apa yang mereka terapkan.
Advertisement
Intervensi Kesehatan Bagi Kebiasaan Anak
Sebelumnya, Cadney dan rekan-rekannya juga menemukan bahwa makan terlalu banyak lemak dan gula pada saat masih anak-anak, bisa mengubah mikrobioma selama seumur hidup, meski jika mereka mengonsumsi makanan yang lebih sehat.
Para peneliti mengatakan bahwa kedua studi ini menawarkan peluang penting untuk intervensi kesehatan pada kebiasaan di masa kanak-kanak.
"Temuan kami mungkin relevan untuk memahami efek potensial dari pengurangan aktivitas dan perubahan pola makan yang terkait dengan obesitas," kata Theodore Garland, ahli fisiologi evolusioner dari UCR.
Menurut Cadney, di masa pandemi khususnya saat lockdown, anak-anak menjadi lebih sulit untuk berolahraga. Pada mereka yang tidak memiliki akses ke halaman yang luas atau taman, sekolah jadi satu-satunya tempat mereka bisa beraktivitas fisik.
"Penting bagi kita untuk menemukan solusi bagi anak-anak ini, mungkin termasuk perhatian ekstra saat mereka tumbuh menjadi orang dewasa," kata Cadney.
Laporan tentang penelitian ini telah dimuat di jurnal Physiology and Behavior.
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19
Advertisement