Liputan6.com, Jakarta Indonesia belum memenuhi standar WHO positivity rate COVID-19 di bawah 5 persen. Sementara, positivity rate mingguan mencapai 20,35 persen dan rata-rata rasio lacak kasus masih berada di angka 1,16 persen.
Untuk mendukung upaya penanganan COVID-19 berbasis masyarakat, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) bersama konsorsium Proyek Active Citizens Building Solidarity and Resilience in Response to COVID-19 (ACTION) terus mempelajari situasi dan kondisi di 5 daerah intervensi.
Baca Juga
Kelima daerah tersebut adalah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota Makassar, Kabupaten Lombok Timur, dan Kota Yogyakarta. Proyek ini bertujuan merumuskan solusi yang digerakkan komunitas. Proyek ACTION diinisiasi oleh Hivos dan diimplementasikan oleh lima mitra lokal yaitu CISDI, Institut Kapal Perempuan, Perkumpulan PAMFLET Generasi, PUPUK dan SAPDA. Proyek ini didanai secara penuh oleh Uni Eropa.
Advertisement
Direktur Program CISDI, Egi Abdul Wahid, menyatakan pemetaan kebutuhan ini menjadi pintu masuk merumuskan solusi bersama.
“Sebagai tahap awal mempelajari situasi dan kebutuhan di lapangan, CISDI melaksanakan rapid assessment kepada penerima manfaat, puskesmas, dan satgas tiap kecamatan,” ujar Egi dalam keterangan pers dikutip Rabu (14/4/2021).
Kegiatan ini turut melibatkan pemangku kepentingan setempat seperti tenaga kesehatan puskesmas, pemerintah kecamatan atau kelurahan/desa, serta salah satu kader kesehatan, ketua RT/RW, tokoh agama, tokoh masyarakat, atau kader kesehatan yang terlibat sebagai Satuan Gugus Tugas COVID-19 tingkat kecamatan, tambahnya.
“Kami berharap pemetaan kebutuhan ini menjadi niat baik yang diterima pemangku kepentingan agar mampu memahami kebutuhan masyarakat serta dapat bersama-sama mengusulkan solusi tantangan yang dihadapi pada masa pandemi.”
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Hasil Pemetaan
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket, menyatakan Proyek ACTION menjadi bentuk solidaritas Uni Eropa terhadap Indonesia.
“Uni Eropa menggalang dana sebesar EUR 220 juta untuk merespon krisis kesehatan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 serta meminimalisasi dampak ekonomi dan sosial akibat COVID-19 ke masyarakat Indonesia, khususnya kelompok miskin dan rentan,” katanya dalam rilis yang sama.
Dari hasil pemetaan kebutuhan yang dilakukan di Kota Makassar dan Kabupaten Lombok Timur, CISDI memperoleh beberapa temuan perihal kesiapan penanganan wabah di tingkat puskesmas dan komunitas serta ketersediaan pelayanan kesehatan bagi kelompok rentan seperti kelompok difabel, orang dengan HIV/AIDS, lansia, serta pasien Tuberculosis.
Proyek ACTION memiliki fokus intervensi di 4 kecamatan, 4 puskesmas dan 6 kelurahan di Kota Makassar. Sementara di Kabupaten Lombok Timur, Proyek ACTION melakukan intervensi penguatan respons COVID-19 di 3 kecamatan, 4 puskesmas dan 6 kelurahan/desa.
Dalam penanganan wabah di tingkat puskesmas, seluruh Satgas COVID-19 di Kota Makassar dan Kabupaten Lombok Timur sudah aktif bertugas mencegah dan mengendalikan infeksi COVID-19 dengan menerapkan Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM).
SBM merupakan serangkaian upaya pengamatan terhadap sebuah penyakit secara sistematis dan terus-menerus dengan melakukan beberapa kegiatan, di antaranya melacak kasus dan menindaklanjuti laporan masyarakat.
Dalam upaya pencarian kasus, asesmen tim CISDI mendapati beberapa kondisi menarik. Satgas COVID-19 tingkat kecamatan di wilayah intervensi Proyek ACTION di Kabupaten Lombok Timur yang sudah melakukan pencarian kasus bersama puskesmas mencapai 45 persen, sementara 33 persen wilayah intervensi sudah melakukan upaya pencarian kasus baik secara aktif dan pasif (mereka menunggu laporan konfirmasi dari warga).
Namun di saat bersamaan, sebagian kecil anggota satgas tidak melakukan pencarian kasus. Di Kota Makassar, 50 persen Satgas COVID-19 tingkat kecamatan di wilayah intervensi Proyek ACTION aktif melakukan pencarian kasus maupun menunggu konfirmasi positif dari warga.
Beberapa wilayah (20 persen) sudah aktif mencari kemungkinan kasus, namun 30 persen wilayah menerapkan kebijakan menunggu konfirmasi positif dari warga.
Selain pencarian kasus, Satgas COVID-19 juga memantau perkembangan pasien yang tengah menjalani isolasi mandiri melalui berbagai cara. Di Makassar, 50 persen pemantauan dilakukan secara jarak jauh menggunakan saluran telekomunikasi; 20 persen melalui kunjungan rumah; sementara 30 persen menerapkan keduanya.
Di saat yang sama, pemantauan kasus di Kabupaten Lombok Timur lebih beragam dengan 37 persen pemantauan dilakukan dari jarak jauh (saluran telekomunikasi); 37 persen melalui kunjungan rumah; 13 persen pemantauan menerapkan keduanya; dan 13 persen pemantauan dilaksanakan bersama dengan puskesmas.
Advertisement