Liputan6.com, Bandung Perkembangan bibit Vaksin Merah Putih yang dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman segera rampung. Tim peneliti sedang melakukan tahap pengalihan dari skala laboratorium ke industri, dalam hal ini untuk uji praklinik dan uji klinik bersama PT Bio Farma.
Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio menyampaikan, pihaknya sudah mampu mengembangan Vaksin Merah Putih yang berbasis protein rekombinan. Kemajuan pengembangan ini pun menggembirakan.
Advertisement
"Saya sampaikan, saat ini sesuai amanat yang diterima oleh Lembaga Eijkman untuk mengembangkan bibit vaksin selama 12 bulan, ya ini sudah lewat sedikit sampai akhir Maret lalu. Kami sampai pada tahap akhir," ujar Amin saat konferensi pers Vaksin Merah Putih di Bandung, Jawa Barat pada Jumat, 16 April 2021.
"Kami sudah bisa mengembangkan protein rekombinan sesuai dengan targetnya. Ada protein S dan protein N yang akan dijadikan sebagai kandidat vaksin."
Proses sekarang yang dilakukan Eijkman, lanjut Amin, pertama sedang dalam optimasi agar produksi bibit Vaksin Merah Putih sebaik mungkin. Kedua, dalam proses pengalihan dari skala laboratorium ke skala industri.
"Proses berikutnya akan lebih banyak dilakukan oleh teman-teman dari Bio Farma. Tentunya, Eijkman tidak tidak langsung lepas tangan, kami akan ikut serta dalam pengembangan selanjutnya sampai uji klinik fase 1, 2, dan 3,"
"Hari ini, Ibu Kepala Badan POM pun sudah mendengarkan laporan dari kedua belah pihak (Eijkman, Bio Farma) dan memberi semangat kami agar bisa dilanjutkan juga dipercepat."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Pengembangan Vaksin Sangat High Tech dan Terstandardisasi
Terkait pengembangan vaksin COVID-19, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Penny K. Lukito menjelaskan, vaksin adalah produk yang sangat sangat high tech dan terstandardisasi. Ini menyangkut jiwa manusia di dalamnya, sehingga perlu menjaga aspek pengembangannya.
"Tidak hanya berdasarkan standar-standar internasional, melainkan ada dasar-dasar yang berlaku di Indonesia. Lalu pengembangan vaksin tidak hanya melindungi para subjek (relawan) yang akan terlibat dalam uji klinik, tapi juga kita ingin yakin bahwa mendapatkan produk vaksin yang bermutu dan berdaya saing," jelasnya.
"Tentunya, memenuhi aspek keamanan, mutu, efektivitas, khasiatnya dari vaksin. Selanjutnya, pengembangan dari prototipe, praklinik, kemudian nanti uji klinik dengan manusia, BPOM yang akan dampingi. Ini juga sampai tahapan produksi oleh industri farmasi."
Yang perlu dipahami, vaksin akan membantu kita bersama-sama keluar dari pandemi COVID-19. Oleh karena itu, harus memenuhi beberapa syarat pengembangan vaksin, yakni Good Laboratory Practice dan Good Manufacturing Practice.
"Syarat pembuatannya berlaku, baik saat praklinik maupun untuk produksi pada saat digunakan dalam clinical trial juga produksi massalnya. Ada standar yang harus dipenuhi," Penny menerangkan.
"Ada syarat important artinya vaksin memang penting karena bisa digunakan secara massal diproduksi dan digunakan massal. Kemudian vaksin juga meningkatkan imunogenitas dengan cepat, yang kita harapkan mencapai herd immunity."
Advertisement