Liputan6.com, Jakarta - Terkait 127 Warga Negara (WN) India yang eksodus ke Indonesia, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra Yoga Aditama menegaskan, perlu pemeriksaan genom untuk mendeteksi varian virus Corona.
Pemeriksaan tersebut dinilai penting terlebih lagi warga negara yang datang dari negara yang tengah mengalami lonjakan COVID-19, seperti India. Hal ini mendeteksi kemungkinan varian virus Corona baru.
Advertisement
"Memang harus dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing pada mereka-mereka yang dicurigai," jelas Tjandra saat dihubungi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Jumat, 23 April 2021.
"Misalnya, sekarang sakit COVID-19, padahal baru datang dari negara-negara yang melaporkan peningkatan kasus yang mungkin berhubungan dengan mutasi baru."
Peningkatan jumlah pemeriksaan whole genome sequencing menjadi kunci utama identifikasi kemungkinan varian dan mutasi virus Corona baru yang mungkin ada di Indonesia.
Upaya yang juga tak kalah penting, seluruh pelaku perjalanan yang masuk Indonesia, termasuk India harus menjalani karantina dahulu sebelum dapat beraktivitas.
"Pelaksanaan karantina ini harus terus berlangsung dengan ketat sesuai aturan yang berlaku. Kalau ada yang dicurigai sakit, maka harus ditangani sesuai prosedur serta kemungkinan kontaknya ditelusuri secara ketat," tambah Tjandra.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Pengawasan Ketat dan Surveilans Orang-orang yang Masuk ke Indonesia
Untuk memperketat pintu perbatasan, Tjandra Yoga Aditama juga menyampaikan, sebaiknya diperlukan pengawasan ketat kepada orang-orang yang masuk ke Indonesia. Dalam hal ini, pengawasan kepada warga negara yang datang beberapa waktu ke belakang.
"Sebaiknya pemeriksaan ketat bukan hanya dilakukan pada mereka yang datang hari-hari ini, melainkan kepada yang datang beberapa waktu mundur ke belakang. Singapura, misalnya, mereka menutup penerbangan dari sebagian negara Eropa pada pertengahan Desember 2020," ujarnya.
"Ini karena informasi varian baru B117, lalu mereka juga menelusuri siapa saja yang sudah datang sejak pertengahan November 2020. Dengan cara ini, Singapura waktu itu dapat menemukan varian baru B117 di negaranya."
Kalau kita mau analogikan, kata Tjandra, maka surveilans bukan hanya dilakukan pada mereka yang sekarang ini mendarat dari India, tapi juga sejak sebulan ke belakang, "Katakankah yang datang sejak pertengahan Maret 2021," ucapnya.
Melihat situasi COVID-19 di luar negeri, maka pengendalian di dalam negeri harus terus ditingkatkan. Apalagi dengan kecenderungan peningkatan kasus di dunia secara keseluruhan dalam beberapa minggu terakhir.
"Singkatnya, 3M (memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak), 3T (testing, tracing, treatment) dan juga vaksinasi harus terus digiatkan oleh pemerintah dan masyarakat kita semua," tutup Tjandra, yang juga pernah menjabat sebagai Direktur WHO SEARO.
Advertisement