Sukses

COVID-19 di India Melonjak, Ini 3 Upaya yang Dapat Diterapkan Indonesia untuk Antisipasi Kasus Impor

Kasus COVID-19 di India mengalami lonjakan, pada 22 April 2021 India mencatat jumlah kasus harian COVID-19 tertinggi selama ini, yaitu lebih dari 314 ribu orang.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di India mengalami lonjakan. Pada 22 April 2021, India mencatat jumlah kasus harian COVID-19 tertinggi selama ini, yaitu lebih dari 314.000 orang.

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr. Tjandra Yoga Aditama yang sempat bertugas di India, rekan-rekannya yang sedang di negara tersebut ikut terpapar COVID-19.

“Saya menghubungi teman-teman saya di New Delhi dan ada belasan orang yang sakit COVID-19, baik orang Indonesia maupun orang India dan juga warga negara lain. Ada anak kecil, ada juga lanjut usia, Alhamdullillah semua dalam keadaan baik,” ujar Tjandra kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Jumat (23/4/2021).

Ia juga membahas berbagai berita di media terkait warga negara India yang sudah masuk ke Indonesia. Dalam hal ini, Tjandra berpendapat ada tiga hal yang dapat dan seharusnya dilakukan pada mereka yang sudah masuk ke Indonesia yakni karantina, pengawasan ketat, dan whole genome sequencing.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 5 halaman

Karantina

Menurut Tjandra, semua yang masuk Indonesia, termasuk dari India, harus menjalani karantina dahulu sebelum dapat beraktivitas.

Pelaksanaan karantina ini harus terus berlangsung dengan ketat sesuai aturan yang berlaku, dan kalau ada yang dicurigai sakit maka harus ditangani sesuai prosedur serta kemungkinan kontaknya ditelusuri secara ketat, katanya.

3 dari 5 halaman

Pengawasan Ketat

Setelah masuk ke Indonesia, orang-orang tersebut sebaiknya mendapat pengawasan ketat bukan hanya dilakukan pada mereka yang datang hari-hari ini, tapi juga kepada yang datang beberapa waktu mundur ke belakang, lanjutnya.

“Singapura misalnya, mereka menutup penerbangan dari sebagian negara Eropa pada pertengahan Desember 2020 karena informasi varian baru B.1.1.7, tapi lalu mereka juga menelusuri siapa saja yang sudah datang sejak pertengahan November 2020.”

Dengan cara ini maka Singapura waktu itu dapat menemukan varian baru B.1.1.7 di negaranya. Jika dianalogikan, maka surveilans bukan hanya dilakukan pada mereka yang sekarang ini mendarat dari India, tapi juga sejak sebulan kebelakang, katakanlah yang datang sejak pertengahan Maret 2021, jelasnya.

4 dari 5 halaman

Whole Genome Sequencing

Guna meminimalisasi penularan dari pendatang, maka harus dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing pada mereka yang dicurigai. Misalnya, orang yang baru datang dari negara-negara yang melaporkan peningkatan kasus yang berhubungan dengan mutasi baru.

“Peningkatan jumlah pemeriksaan whole genome sequencing menjadi kunci utama untuk identifikasi kemungkinan varian dan mutasi baru yang mungkin ada di negara kita.”

Di luar tiga hal di atas, lanjut Tjandra, bagaimanapun situasi di luar negeri, pengendalian di dalam negeri harus terus ditingkatkan. Mengingat kasus COVID-19 di dunia secara keseluruhan dalam beberapa minggu terakhir ini cenderung meningkat.

“Singkatnya, 3 M, 3 T dan juga vaksinasi harus terus digiatkan oleh pemerintah dan masyarakat kita semua,” tutup Tjandra.

5 dari 5 halaman

Infografis Varian Baru Virus COVID-19 Lebih Mematikan?