Liputan6.com, Jakarta Perempuan merupakan sosok tepat untuk menjadi agen perubahan keluarga yang sadar bencana. Hal ini karena perempuan amat peduli pada orang terdekat. Saat bencana datang, perempuan akan memikirkan anak atau anggota keluarga lain sebelum menyelamatkan diri.
"Maka, sangat tepat menjadikan perempuan sebagai agen perubahan untuk membangun budaya sadar bencana dimulai dari lingkungan keluarga," kata Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Rian Sarsono.
Baca Juga
Oleh karena itu penting sekali bagi perempuan untuk memiliki pengetahuan tentang bencana. Baik itu sebelum, saat dan sesudah bencana.
Advertisement
"Perempuan tidak hanya dilihat sebagai kelompok rentan saat terjadi bencana, tetapi justru bisa menjadi kekuatan bila dibekali dengan pengetahuan yang cukup," kata Rian dalam Hari Kesiapsiagaan Bencana yang diperingati pada setiap 26 April.
Saat ini memang faktanya kurang menyenangkan. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam kejadian bencana, 60-70 persen korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Belum lagi, perempuan dalam kondisi bencana rentan mengalami kekerasan seksual, gangguan kesehatan reproduksi, kekerasan dalam rumah tangga, hingga menanggung beban ganda dalam menjalankan peran.
Â
Simak Juga Video Menarik Berikut
Perempuan Tangguh Saat Bencana
Penting bagi perempuan untuk menjadi tangguh bencana agar mampu bangkit kembali dari kondisi terpuruk karena guncangan dan tekanan akibat bencana. Baik efek bencana secara langsung atau tidak langsung.
Maka dari itu, penting sekali bila perempuan mendapatkan informasi yang cukup soal bencana. Mulai dari upaya penyelamatan hingga bangkit hingga bangkit dari keterpurukan seperti disampaikan Pakar Gender Program Sinergi Wahana Visi Indonesia (WVI), Sutriyatmi Atmadirejda.
Lewat pelatihan jauh-jauh hari sebelum bencana tak terduga datang, perempuan pun bisa berperan. Seperti memberi informasi, memberi bantuan dasar seperti menyediakan makanan melalui dapur umum, hingga membantu pemberian dukungan psikososial. Pelatihan seperti ini juga dilakukan oleh WVI kepada salah seorang relawan bencana di Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara, Sumiyati.
"Tetapi selalu ada tantangan, yaitu karena waktu yang terbatas dengan adanya tanggung jawabterhadap keluarga, juga adanya keterbatasan sumber daya," tuturnya.
Sejak awal tahun hingga April 2021, WVI hadir dan melakukan respons bencana yang kerap terjadi di Indonesia. Misalnya kejadian gempa di Sulawesi Barat, banjir di DKI Jakarta dan dampak siklon tropis seroja di Nusa Tenggara Timur.
Sejak Maret 2020 WVI melakukan respon COVID-19 Pandemic Emergency Response di 14 provinsi yangmenjangkau 1.373.843 masyarakat dan 333.173 anak-anak, juga Papua Education in Emergency Response di Jayawijaya dan Jayapura.
Advertisement