Liputan6.com, Jakarta - Pada April 2021 ini, jurnal ilmiah Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR)Â dari Center of Disease Control (CDC) atau Pusat Pengendalian Penyakit di Amerika Serikat (AS), mempublikasikan hasil penelitian penting dan memberi cakrawala baru dalam efektivitas vaksin COVID-19.
Para penelitinya mengikuti 3.950 orang yang sudah di-vaksinasi COVID-19 secara prospektif kohort, dan semuanya diperiksa tes PCRÂ (polymerase chain reaction)Â untuk deteksi SARS-CoV-2 setiap minggu selama 13 minggu.
Baca Juga
Ini tentu berbeda dengan uji klinik yang lain, yang biasanya mendeteksi ada tidaknya keluhan sakit COVID-19 dan dibandingkan pada kelompok yang dapat vaksin dan dapat plasebo, sementara penelitian ini tidak melihat ada tidaknya keluhan dan melakukan test pada semua orang.
Advertisement
Artinya, maka biasanya kalau ada hasil penelitian dengan efikasi sekian persen misalnya, maka itu artinya angka itu untuk mencegah terjadinya keluhan sakit COVID-19. Sementara penelitian ini menunjukkan efikasi mencegah terjadinya infeksi.
Seperti diketahui, infeksi adalah masuknya virus ke tubuh manusia, ada atau tidak ada gejala. Sementara sakit COVID-19 yang kita kenal adalah mereka yang sudah ada gejala atau keluhan yang sesuai. Penelitian kali ini dilakukan pada vaksin Messenger RNA (mRNA) BNT162b2 (Pfizer-BioNTech) dan juga vaksin mRNA-1273 (Moderna).
Kedua vaksin ini sudah terbukti dapat mencegah terjadinya sakit COVID-19 dengan efikasi sekitar dari 90 persen dan keduanya juga sudah mendapat Emergency use of Listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO); vaksin Pfizer pada 31 Desember 2020, dan vaksin Moderna pada 30 April 2021 atau beberapa hari yang lalu.
Penelitian yang dilakukan sejak 14 Desember 2020 sampai 13 Maret 2021, di mana semua subyek penelitian dilakukan pemeriksaan PCR untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 setiap minggu, ada atau tidak adanya keluhan. Hasilnya menunjukkan bahwa pada mereka yang tidak divaksinasi ternyata terjadi 1,38 infeksi virus SARS-CoV-2 per 1.000 orang-hari. Sementara angkanya pada mereka yang sudah mendapat vaksin secara penuh dua kali adalah 0,04 infeksi 1.000 orang hari, dan pada mereka yang mendapat imunisasi satu kali adalah 0,19 infeksi per 1.000 orang-hari.
Hasil ini menunjukkan bahwa angka efektivitas vaksin mRNA untuk mencegah infeksi adalah 90 persen untuk mereka yang sudah dua kali divaksinasi dan 80 persen untuk yang baru satu kali menerima vaksin.
Tegasnya, hasil penelitian di Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 mRNA adalah efektif untuk mencegah terjadinya infeksi dari virus SARS-CoV-2, bukan hanya mencegah seseorang jatuh sakit COVID-19 dengan gejala yang ada. Artinya kejadian OTG (orang tanpa gejala) juga dapat dicegah.
Perkembangan baru efektivitas vaksin COVID-19 tentu memberi harapan baru dalam pengendalian COVID-19 di dunia. Diharapkan juga akan ada penelitian-penelitian serupa untuk berbagai jenis vaksin yang lain, termasuk yang kini di gunakan di negara kita.
Simak Video Berikut Ini
Infografis 4 Manfaat Penting Vaksinasi COVID-19
Advertisement