Liputan6.com, Jakarta - Mudik menjadi tradisi atau kebiasaan masyarakat Indonesia di momen-momen libur hari raya khususnya Idulfitri. Namun, menurut Internationally Certified Life Coach, Rany Moran, mudik yang terlalu menjadi kebiasaan terkadang dapat menghilangkan nilai murni dari mudik itu sendiri.
“Betul mudik itu sebetulnya habit juga ya, tapi kadang-kadang karena terlalu habit, kita kehilangan nilai-nilai murni dari apa sih sebenarnya mudik itu," kata Rany dalam Sharing Session Inspirato Liputan6.com ditulis Kamis (6/5/2021).
Baca Juga
Menurut Rany, pada dasarnya inti dari mudik adalah silaturahmi dan ucapan maaf lahir batin. Namun, di era pandemi COVID-19, mudik dapat memicu terjadinya penularan virus pada keluarga di kampung.
Advertisement
Maka dari itu pemerintah menerapkan kembali kebijakan larangan mudik seperti tahun sebelumnya.
“Memang koneksi fisik dengan teman dan keluarga itu dapat membantu kita melewati masa-masa sulit dan meningkatkan kemampuan kita untuk merespons stres, tapi tolong tahan diri dulu, sabar, karena risiko kita terinfeksi di jalan dan menularkan ke keluarga itu ada.”
Maka dari itu, guna mengobati rasa rindu, Rany menyarankan masyarakat untuk menggunakan teknologi sebagai media silaturahmi.
“Contohnya seperti saya tahun lalu sering mengirimkan pesan motivasi kepada Ibu dan Bapak. Ucapan-ucapan yang saling menghargai dan saling memaafkan.”
Rany yang tinggal di Australia dan tahun ini tidak mudik, juga menyarankan untuk memasak bersama keluarga secara virtual, saling komunikasi dan berbagi resep untuk menjaga ikatan.
Simak Video Berikut Ini
Pertemuan Keluarga Secara Virtual
Teknologi masa kini memungkinkan orang-orang untuk berkumpul secara virtual melalui aplikasi seperti Zoom atau aplikasi serupa.
Hal ini dapat dilakukan oleh satu keluarga yang terpecah di berbagai tempat. Dalam forum ini keluarga dapat menceritakan kabar masing-masing atau bahkan bernostalgia dengan memperlihatkan foto-foto lawas, kata Rany.
"Justru dengan teknologi ini kita tuh bisa memberikan kepedulian yang lebih banyak kepada teman dan keluarga yang tadinya tidak sempat kita kunjungi."
"Kita bisa mendengarkan keluh kesah mereka, tetap terhubung tanpa adanya kecemasan macet dan tertular COVID-19 di perjalanan," tutup Rany.
Advertisement