Liputan6.com, Jakarta - Para pakar sepakat bahwa salah satu mengurangi risiko penularan COVID-19 di dalam ruangan adalah dengan menjaga sirkulasi udara tetap baik. Namun seringkali perkantoran memiliki ruangan tertutup dan menggunakan AC (air conditioner).
Dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa di masa pandemi, memang kantor-kantor yang memiliki jendela lebih disarankan untuk membukanya agar udara bisa keluar masuk.
Baca Juga
"Yang ideal adalah angin alami. Jadi kalau kita punya kantor yang punya jendela itu paling bagus jendelanya dibuka," kata Agus dalam sebuah temu media beberapa waktu lalu.
Advertisement
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan, terakumulasinya udara di dalam ruangan memiliki potensi menimbulkan penularan COVID-19 di lingkungan perkantoran.
Dalam sebuah temu media beberapa waktu lalu, Agus menjelaskan bahwa terkait penggunaan pendingin udara, ada dua jenis AC yaitu sentral dan tidak.
"Kalau AC tidak sentral, maka idealnya dia harus membuat konsep sirkulasi yang bukan recirculate (resirkulasi)," kata Agus, ditulis Minggu (9/5/2021).
"Kita kan ada mode AC yang recirculate, dari dalam ke dalam. Kita harus bisa membuat udara dari luar ke dalam," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Persahabatan tersebut.
Sementara apabila ruang kantor menggunakan AC sentral, Agus mengatakan bahwa modifikasi yang bisa dilakukan adalah dengan penggunaan lampu ultraviolet (UV light) sebelum udara keluar.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Penggunaan Air Purifier
"Di saluran AC sentralnya itu harus dipasang lampu ultraviolet sebelum udaranya keluar. Nanti virus atau bakteri akan melewati area ultraviolet sehingga dia akan mati," kata Agus. "Meskipun itu tidak 100 persen tapi dia bisa mengurangi," tambahnya.
Selain itu, Agus juga merekomendasikan pemakaian air purifier bagi kantor-kantor yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik.
"Air purifier ini diletakkan di beberapa titik karena kapasitas per meter perseginya beda-beda. Ada yang cuma 60 meter, ada yang cuma 100 meter, tentunya harus diukur," kata Agus.
Agus menjelaskan, penggunaan air purifier dimaksudkan agar AC tetap bisa berjalan tetapi udara yang bersirkulasi akan masuk ke alat tersebut sebelum dikeluarkan.
"Sehingga udara yang masuk ke air purifier itu akan disaring," katanya. "Tapi pilihlah air purifier yang memiliki kemampuan HEPA filter karena tidak semuanya punya."
Maka dari itu, pilihlah air purifier dengan HEPA filter yang memiliki kemampuan filtrasi termasuk untuk virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Agus mengatakan saat ini sudah banyak produk semacam ini yang dijual di pasaran.
Agus juga mengingatkan agar kantor juga menerapkan jaga jarak antar pekerjanya dengan membatasi orang yang datang ke kantor.
"Tidak boleh yang datang terlalu banyak sehingga dibuat 50 persen yang masuk. Sehingga jarak antara meja satu dengan yang lain menjadi lebih jauh."
Advertisement