Liputan6.com, Jakarta - Mudik telah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia. Merayakan Idulfitri atau Lebaran jauh dari keluarga tentu terasa berbeda. Pada masa pandemi seperti saat ini, masyarakat disarankan untuk melakukan mudik virtual guna mencegah semakin meluasnya kasus COVID-19 di Tanah Air. Dukungan teknologi yang semakin canggih diharapkan mampu menyalurkan rindu yang semakin kuat dan menjaga hubungan tetap erat dengan komunikasi virtual.
Namun, apakah pertemuan secara virtual sungguh dapat menggantikan nilai pertemuan secara fisik?
Baca Juga
Internationally Certified Life Coach Rany Moran mengatakan, ketika dalam kondisi berjauhan secara fisik, bahasa cinta tak hanya bisa diberikan dengan sentuhan melainkan juga verbal. Hal itu bisa dilakukan dengan komunikasi virtual, terutama di masa pandemi seperti saat ini.Â
Advertisement
"Bahasa cinta yaitu language of love tidak hanya bisa diberikan dengan sentuhan fisik. Jadi kita harus terbuka untuk mengeksplorasi (ketika) memberikan bahasa cinta kita dengan verbal," ucapnya dalam live streaming Inspirato: Cara Menjaga Kesehatan Mental Saat Dilarang Mudik, Rabu, 5 Mei 2021.
Rany Moran mengakui bahwa bagi individu yang cenderung berkomunikasi secara fisik, bahasa verbal tidak akan menutupi kerinduan seperti ketika bertemu langsung. Meski demikian, hal itu bisa diatasi dengan membuat perspektif atau sudut pandang baru dalam benak.
"Bukan berarti kerinduan itu tidak bisa diatasi dan rasa aman, nyaman, dan cinta itu tidak bisa dirasakan apabila tidak bertemu fisik. Itu tergantung bagaimana kita membuat perspektif baru di pikiran kita sendiri. Karena kita harus menerima bahwa ini semua di luar kendali kita," jelasnya.
Â
Saksikan Juga Video Berikut Ini
Cara Memastikan Pertemuan Virtual Tetap Baik
Selain itu, Rany menyampaikan, harapan atau ekspektasi mengenai komunikasi dan pertemuan yang baik pun harus diubah dan diadaptasikan caranya.
"Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memastikan bertemu secara virtual supaya kedekatan itu tetap terasa dengan baik," ucap Rany yang merampungkan pendidikan di Australian College of Applied Psychology.
Berikut cara yang bisa dilakukan menurut Rany Moran:
1. Saling menyadari bahwa kita sedang mengalami masa yang sulit. "Jadi ketika kita emosinya memuncak, berikan kita sedikit kemudahan untuk (memiliki) pengertian satu sama lain."
2. Jangan ada statusquo atau ketidakjelasan, komunikasi terbuka terhadap satu sama lain dengan empati.
Rany menjelaskan bahwa empati berbeda dari simpati. "Kalau empati itu kita mendengarkan masalah dan kebutuhan orang lain dengan penuh pengertian tanpa ada agenda tersembunyi atau mau ngejudge atau mau nyelesaiin masalah orang lain."
Agar tenang dan tidak cemas, Rany Moran juga menyarankan untuk bertanya pada diri sendiri. Pertanyaan tersebut antara lain:
- Apa sih hal-hal yang ada dalam kendali saya?
- Tindakan kecil positif dan bermanfaat apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi kerinduan diri untuk orang yang kita cintai?
Berikutnya, yang perlu dilakukan yakni mengakui perasaan satu sama lain. "Jadi, it's ok untuk merasakan perasaan apa yang kita rasakan. Tapi pertahankanlah segala sesuatunya itu dalam perspektif dan penting untuk bersikap secara spesifik tentang apa yang kita butuhkan ya, jaga ekspektasi realistis dengan strategi ini."
Â
Â
Advertisement