Liputan6.com, Jakarta - Ustaz Tengku Zulkarnain meninggal dunia petang ini, Senin, 10 Mei 2021 di Rumah Sakit Tabrani, Pekanbaru. Almarhum yang pernah menjabat sebagai Sekjen Majelis Ulama Indonesia itu tutup usia pada pukul 18.20 WIB.
Diketahui, Ustaz Tengku Zul dinyatakan positif COVID-19 dan dirawat di rumah sakit sejak 2 Mei 2021. Kerabat Tengku Zul, Said Lukman mengatakan, sejak dirawat hingga 10 Maret 2021, kondisi ustaz tersebut selalu baik. Namun, Tengku Zul mengalami sesak pada pukul 14.00 WIB.
Baca Juga
"Tapi tidak sesak luar biasa karena masih bisa berkomunikasi dengan tim dokter," kata Lukman, dikutip dari Kanal Regional Liputan6.com.
Advertisement
Tengku Zul kemudian dirawat di ruangan ICU Rumah Sakit Tabrani. Kondisinya tak juga berubah hingga petang hari.
"Kemudian meninggal dunia pukul 18.20 WIB, saat azan Magrib atau berbuka puasa," jelas Lukman.
Direktur Coroporate Communication RS Tabrani Ian Machyar mengatakan, Tengku Zul memiliki penyakit penyerta atau komorbid yang memperburuk kondisinya setelah terpapar COVID-19.
"Ada DM (Diabetes Melitus), ya penyakit gula," ujar Ian, Senin, 10 Mei 2021 malam.
Senada dengan penuturan Lukman, Ian mengatakan, Ustaz Tengku Zulkarnain dibawa ke rumah sakit pada 2 Mei 2021. Tim medis lalu melakukan rapid antigen dan hasilnya positif.
Selanjutnya, tim medis melakukan PCR kepada Ustaz Tengku Zulkarnain. Hasilnya juga positif atau terkonfirmasi Covid-19 sehingga harus menjalani perawatan intensif. "Kemudian dirawat di ruang ICU," ucap Ian.
Ian menyebut kondisi Ustaz Tengku Zulkarnain selama dirawat selalu naik turun. Terkadang, Tengku Zulkarnain membaik kemudian memburuk lalu membaik lagi. "Akhirnya memburuk dan diberikan ventilator di ruang ICU," kata Ian.
Â
Gejala COVID-19 Lebih Berat pada Orang dengan Komorbid
Spesialis Penyakit Dalam dr Candra Wiguna, Sp.PD menyampaikan, individu dengan penyakit penyerta atau komorbid akan mengalami gejala COVID-19 yang lebih berat. Candra menyebut, salah satu gejala berat yang tampak yakni sesak napas yang bisa berakibat pada gagal napas.
"Jadi sesak napas yang dapat berakibat pada kegagalan napas, dimana dia butuh oksigen bahkan sampai butuh alat bantu napas, ventilator, bahkan sampai meninggal. Itu lebih banyak didapati pada seseorang yang memiliki komorbid," Candra menerangkan dalam talkshow 'Cegah COVID-19 pada Orang dengan Komorbid' di Graha BNPB, Jakarta beberapa waktu lalu.
Sementara itu pada kesempatan berbeda, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Cut Putri Arianie mengungkapkan, diabetes menjadi salah satu penyakit komorbid dengan tingkat kematian COVID-19 tertinggi.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per 21 November 2020, diabetes melitus menduduki peringkat kedua pada pasien dengan kasus konfirmasi positif COVID-19 (35,5 persen), dirawat/isolasi mandiri (0,7 persen), sembuh (24,2 persen), dan kematian di Indonesia (10,6 persen).
Adanya data tersebut menjadi pengingat para penyandang diabetes agar menerapkan perilaku hidup sehat dan mematuhi protokol kesehatan.
“Bagi orang yang sudah mengidap diabetes, perubahan perilaku sehat ini penting. Jaga kesehatan dan bisa kontrol gula darah menggunakan layanan telemedicine atau fitur buat kontrol atau konsultasi daring lewat Mobile JKN buat yang peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)," tutur Putri Arianie.
Â
Â
Advertisement